tag:blogger.com,1999:blog-67671099247568021252024-03-12T17:42:10.790-07:00Angklung KolintangAlat Musik Indonesia yang paling populer
http://www.kolintang.co.idUnknownnoreply@blogger.comBlogger54125tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-44067773153377659282023-05-14T21:46:00.001-07:002023-05-14T21:46:20.695-07:00Nusantara bermazmur<iframe width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/huQJgsR1YQU" frameborder="0"></iframe>kolintanghttp://www.blogger.com/profile/16248066814361799217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-32707818097316439072023-05-10T01:26:00.000-07:002023-05-10T01:26:25.241-07:00Mars ASAK<iframe style="background-image:url(https://i.ytimg.com/vi/gFH9rdXjBe8/hqdefault.jpg)" width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/gFH9rdXjBe8" frameborder="0"></iframe>kolintanghttp://www.blogger.com/profile/16248066814361799217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-60767635756895283362023-05-09T23:38:00.003-07:002023-05-09T23:38:50.852-07:00Mars Asak<span class="fullpost">
</span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinDLa--xXAHOwdnv20KKH4uxASbK2ODS3O9jFO0DVcP39Jbr4HiS_Y7grom_uQnHXQIiQtLahA8ff_qGiyMnM27ePHEEfX2Sxyet49l91jLAvIejxfs08U2MEdM-oq6uD-vmCNhLun2Sh8JWY_tzjbSorZhuQydeSSqABSUo9hc0Tr9n3x3EVHJSQr4A/s2760/Mars_Asak.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Mars Asak" border="0" data-original-height="2760" data-original-width="2051" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinDLa--xXAHOwdnv20KKH4uxASbK2ODS3O9jFO0DVcP39Jbr4HiS_Y7grom_uQnHXQIiQtLahA8ff_qGiyMnM27ePHEEfX2Sxyet49l91jLAvIejxfs08U2MEdM-oq6uD-vmCNhLun2Sh8JWY_tzjbSorZhuQydeSSqABSUo9hc0Tr9n3x3EVHJSQr4A/w476-h640/Mars_Asak.png" title="Ayo Sekolah Ayo Kuliah" width="476" /></a></div><br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-24433082512216745762023-04-09T20:31:00.003-07:002023-04-09T20:34:29.833-07:00In memoriam Petrus Kaseke<p class="MsoNormal">Pelopor kolintang di Tanah Jawa Petrus Kaseke meninggal dan
dimakamkan pada tanggal 17 Agustus 2022 di Bancaan Salatiga. Ia meninggal dalam
usia 80 tahun setelah mengatakan kata perpisahan :” Sudah ya, saya mau
istirahat.” di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tulisan ini untuk mengenang almarhum sebagai sosok pengajar
musik, pemimpin paduan suara dan pejuang kolintang yang tetap berkarya sampai
akhir hayatnya. Sebagai orang yang tinggal dengan beliau sejak kecil tentu
memiliki banyak kenangan dan pelajaran yang diambil dari keteladanannya. Bagi
saya Petrus Kaseke adalah guru sekaligus orang tua. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Petrus Kaseke lahir pada tanggal 2 oktober 1942 di Minahasa
Sulawei Utara. Masa kecil Petrus Kaseke banyak berhubungan dengan musik dan
lagu-lagu karena orangtuanya Yohanes Kaseke adalah seorang pendeta gereja
Pantekosta. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Meskipun berasal dari keluarga ningrat karena kakek buyutnya
yang bernama Petrus Kaseke juga, menikah
dengan putri raja Ratahan Dotu Maringka, tetapi bukan hal itu yang
membanggakannya. Hal yang paling dibanggakan adalah kakeknya yang seorang
tukang kayu yang diabadikan menjadi nama anak sulungnya yaitu Leufrand Kaseke.
Sedangkan nama almarhum ibunya Adeline Komalig dikenang menjadi nama anak
bungsunya Adeline Kaseke. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Petrus Kaseke adalah sosok perantau Minahasa yang mempunyai
keterikatan kuat dengan budaya asalnya. Darah Minahasanya seolah-olah
mengarahkan untuk menetap di kota Salatiga. Angka tiga dan kelipatannya adalah
angka favorit suku Minahasa sejak jaman kuno. Secara kebetulan Salatiga berasal
dari kata ‘sela tiga’ yang artinya tiga batu. Konsep tiga dan kelipatannya
dipakai untuk mengembangkan kolintang. Tangga nada kolintang yang mula-mula
almarhum ciptakan berupa 9 nada yaitu tangga nada diatonis (7 nada) ditambah nada Bb ( satu mol menurut istilah beliau)
dan nada F# ( satu kruis). <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sela tiga ini pula yang menjadi patokan penyelarasan nada
dalam pedagogi kolintang Petrus Kaseke. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Seumur hidupnya hanya usaha Kolintang Angklung yang
ditekuninya baik pada saat banyak permintaan untuk mensupply alat musik ,
maupun disaat resesi dan sepi order. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Dalam hal Angklung ,meskipun termasuk alat musik tradisional
dari Jawa, tetapi Petrus Kaseke memberi sentuhan Minahasa. Angklung chord
produksi Petrus Kaseke terlihat dari susunan tiga tabung yang menempatkan nada
dasarnya di antara dua tabung lainnya yang dikenal sebagai chord pembalikan
kedua, misalnya chord C dengan komposisi nada 5-1-3. Nada dasar di tengah
mengikuti konsep leluhur Minahasa Toar yang dari kata Tuur atau batang utama
yang merupakan pusat keseimbangan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Aktifitas-aktifitas almarhum yang dilakukan di masa tuanya
sebelum pandemi: <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">-Pemimpin paduan suara Angklung Kolintang di gereja Bethany
Salatiga. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">-Pengajar musik di sekolah Alkitab Magelang. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">-Penasihat di Dewan Pengurus Daerah Pinkan (Persatuan Insan
kolintang Nasional) Jawa Tengah. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0cm;">Di akhir
hayatnya almarhum masih aktif bermain kolintang bahkan bersama dengan
cucu-cucunya mengikuti lomba virtual kolintang, kegiatan yang biasa dilakukan
selama pandemi Covid. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Petrus Kaseke merupakan pengrajin kolintang yang produksinya
banyak tersebar di nusantara bahkan
seluruh dunia. Tidak heran apabila pemerintah Provinsi Jawa Tengah
memberikan sertifikat penghargaan sebagai inisiator dan Tokoh Pengembangan
Musik Kolintang di Tanah Jawa. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Petrus Kaseke kini telah meninggalkan kita. Saya bersyukur
mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu dari almarhum dan bersama-sama
menuangkan dalam buku yang unik tentang Kolintang Minahasa. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 10.75pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 10.75pt; text-indent: 0cm;"> <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Oleh: Markus Soegiarto. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Penulis adalah pemain dan pengajar kolintang yang bersama
dengan Petrus Kaseke mengarang buku Maimo Kumolintang. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-indent: 0cm;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAIL1a_QmXbcGIHaoR5eN2dNn_VPJsQyznwgE-o-iBuorY0kDU63c5UKO5r6Wk0rF7HKyjXAsFzDbmbvXHlYdCSHwM3YDQ1aK4OrD0nXu8dOxuYJkRp7_9cM9BnVhRlqCxTRHYUAfWq8NrJGNvva8kL7XSfHOF4qW8o0UcfreLMKhpPkDUF11txOQPew/s4160/Pelestari%20Kolintang.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAIL1a_QmXbcGIHaoR5eN2dNn_VPJsQyznwgE-o-iBuorY0kDU63c5UKO5r6Wk0rF7HKyjXAsFzDbmbvXHlYdCSHwM3YDQ1aK4OrD0nXu8dOxuYJkRp7_9cM9BnVhRlqCxTRHYUAfWq8NrJGNvva8kL7XSfHOF4qW8o0UcfreLMKhpPkDUF11txOQPew/w300-h400/Pelestari%20Kolintang.jpg" width="300" /></a></div><br /><o:p></o:p><p></p><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-42188120263075412272023-01-12T18:58:00.000-08:002023-01-12T18:58:52.686-08:00Lumimuut antara mitos dan kenyataan<p class="MsoNormal">Cerita tentang asal-usul leluhur Minahasa, selalu jadi topik bahasan yang menarik.</p><p class="MsoNormal">Sumber yang sering menjadi bahan rujukan adalah nyanyian Karema yang dinyanyikan pada upacara adat Minahasa oleh Walian (pendeta wanita).Kutipan syair yang diambil dari buku " Uit Onze Kolonien" tulisan.H.Van Kol. terbitan tahun 1903.dalam bahasa Tombulu " De Zang van Karema" tentang asal Lumimuut sebagai berikut:</p><p class="MsoNormal">SYAIR KE-SEPULUH:</p><p class="MsoNormal">Yah ongah u nuwuk’ku ing kumua wia ni sia<br />Wewe’an un Aoan nah-gio-gioan, ang kenap-sena’na<br />Ni itu ya tanu lalem-lalemdeman, wo tanu zuni-zuni’an<br />Ya wituma un Arina, Linengkaran niaku</p><p class="MsoNormal">Artinya:</p><p class="MsoNormal">Dengan jelas aku berkata kepada-nya<br />Ada bukit-bukit yang berhadap-hadapan, yang terang dengan cahaya<br />Tempat itu tampak seperti berkabut awan, dengan warna seperti pelangi<br />Di sanalah tempatnya, aku dilahirkan</p><p class="MsoNormal">SYAIR KE-SEBELAS:</p><p class="MsoNormal">U ngaran nei ketor um pusez ni Inaku-ku en WENGI<br />Yah si Ama’ku ka’uman, wen KAWENGIAN u ngaranan<br />Ni Sera se timau’ niaku, witu um bantang<br />Ni sera se nimayome niaku, witu u louz<br />Artinya:</p><p class="MsoNormal">Nama ketika tali pusar dipotong dari ibu adalah WENGI<br />Dan ayahku, bernama Kawengian<br />Mereka yang memasukkan aku dalam perahu-rakit<br />Mereka , yang telah mengayunkan ke-laut.</p><p class="MsoNormal">Berdasarkan Syair ke-sebelas, ayah Lumimuut bernama Kawengian yang artinya ‘Bintang Sore’ maka menguatkan anggapan cerita leluhur Minahasa adalah mitos yang merujuk kepada ilmu astronomi kuno. Sistim Tata surya tentang Toar personifikasi Matahari dan Lumimuut personifikasi Bumi.</p><p class="MsoNormal">Untuk yang tertarik dengan keseimbangan alam semesta versi Minahasa dapat membaca buku <b>Maimo Kumolintang Harmoni Semesta </b>by Petrus Kaseke ( kolintang.co.id)</p><p class="MsoNormal">Berdasarkan Syair ke-sepuluh, tempat Lumimuut dilahirkan <b>di antara dua bukit</b> yang terang dengan<b> cahaya.</b>Tempat itu tampak seperti <b>berkabut awan, dengan warna seperti pelangi.</b></p><p class="MsoNormal"><i><b>Apakah tempat itu ada di bumi?</b></i></p>
<p style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Dari jurnal:</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Phill. M.
Sulu, Quo Vadis Tou Minahasa ? (Yogjakarta: Graha Cendikia, 2016)</span><span style="color: #202122; font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span></p>
<p style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Para ahli
antropolog mengatakan bahwa nenek moyang orang Minahasa berasal dari daerah
Mongolia Utara, hal ini disebabkan oleh banyak faktor penunjang dari hasil
penelitian. Hasil paling mendukung mengenai hal ini adalah persamaan prototipe
antara orang Mongol dan orang Minahasa antara lain, warna kulit yang kuning
langsat, bentuk bahu yang kekar, mata yang agak cipit dan banyak bagian tubuh
yang punya kemiripan serta hal yang menguatkan penelitian ini yakni, jejak sejarah
migrasi bangsa Mongolia sesuai dengan letak geografis dan kondisi oceanagrafis.
Legenda Toar Lumimuutpun sering dikaitkan dengan tanah asal usul orang
Minahasa. Konon, nama Toar dan Lumimuut, memiliki kaitan dengan bahasa dan nama
yang ada di Mongolia.</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> <span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></span></p>
<p style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt;"><br /></p><p style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWSv85v92D7YfwAcBdKAeTwW87ww9uV1X4mwH97QmoBRTq3uRaE9Zhp3zlgIEfxjoKTcC9H6wtILRGHpKwk103vKcqkivPOo2JmSth6GDDc7hi6svc7Ku2mh2mP1EZXiODTy0eW90LwibwKiq_6u5Bamy8RPMq-DHmvEDBugx2rg6Q6eghp03cTlF2Bw/s777/awan%20beluzka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="651" data-original-width="777" height="335" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWSv85v92D7YfwAcBdKAeTwW87ww9uV1X4mwH97QmoBRTq3uRaE9Zhp3zlgIEfxjoKTcC9H6wtILRGHpKwk103vKcqkivPOo2JmSth6GDDc7hi6svc7Ku2mh2mP1EZXiODTy0eW90LwibwKiq_6u5Bamy8RPMq-DHmvEDBugx2rg6Q6eghp03cTlF2Bw/w400-h335/awan%20beluzka.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal">Hore!! Dengan kemajuan teknologi sekarang lebih mudah mencari lewat internet.Jadi tempat ini benar-benar ada bukan foto editan, fotographernya Svetlana Kazina orang Altai (Mongolia) juga sudah singgah ke Instagram <b>@kolintang</b>.<br />Melihat IGnya Svetlana Kazina, sesuai dengan yang di deskripsikan oleh Phill. M. Sulu.</p><p style="background: white; margin: 6pt 0cm;"><br /></p><p style="background: white; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span></p><span class="fullpost">
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-8964303480037459732023-01-08T20:14:00.000-08:002023-01-08T20:14:46.235-08:00Kolintang as part INO performance at B20 Bali, INDONESIA<iframe style="background-image:url(https://i.ytimg.com/vi/hHa8xYUDpHk/hqdefault.jpg)" width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/hHa8xYUDpHk" frameborder="0"></iframe>kolintanghttp://www.blogger.com/profile/16248066814361799217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-45220334804418854502022-11-27T06:13:00.003-08:002022-11-27T17:05:10.347-08:00Sitou Timou Tumou Tou<span class="fullpost">
Sam Ratu langi adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal dengan filsafatnya : “Sitou timou tumou tou”.<br>
Filsafat tersebut biasanya dijelaskan dalam kesatuan kalimat yang artinya : manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.<br>
Budayawan <b>Jessy Wenas</b> (alm) pernah memberikan penjelasan lebih detail filsafat bahasa Tombulu tersebut dengan menggunakan contoh-contoh dalam bahasa Tombulu.<br><br>
</span>
Saya mencoba menjelaskan dalam versi yang lebih dapat dipahami, dengan perbandingan bahasa daerah lain.<br>
Filsafat tersebut hanya berasal dari satu kata <b>“Tou”</b> yang artinya “orang”, sebagai contoh Tondano artinya orang danau.<br>
Ternyata kata tersebut juga menyebar sampai ke Sulawesi Selatan , contoh Toraja yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". <i><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja" target="_blank">https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja</a></i> .<br><br>
Kata Tou tersebut diberi imbuhan berupa awalan si, sisipan in (im) dan sisipan um.<br> Imbuhan kata tersebut terdapat juga dalam bahasa daerah lain.<br>
Contohnya : Kumambang yang dari bahasa Jawa dari kata kambang artinya mengambang atau terapung.<br> Gumantung yang dari bahasa Sunda artinya tetap tergantung dan contoh lain dalam bahasa Bali tumurun dari kata turun yang artinya menjelma.<br><br>
Dua kata terakhir dari filsafat Sam Ratulangi “ Tumou” dan ”Tou”, lazimnya dalam bahasa Tombulu merupakan sebuah kata ulang “tumoutou” yang artinya berkembang,bertumbuh.<br>
Kata tersebut terdapat dalam Nyanyian Karema yang menceritakan asal usul suku Minahasa , pada syair Lumimuut diberi bekal biji-bijian yang nantinya bertumbuh (Tumoutou).<br><br>
Jadi aslinya filsafat tersebut berbunyi “Sitou timou tumotou” yang artinya adalah Si orang itu (Sitou) , sudah lahir/hidup (timou), hendaknya tetap hidup dan berkembang ( tumoutou).<br>
Ironisnya dalam masyarakat Minahasa kuno ,untuk manusia tetap hidup dengan baik harus mengorbankan hidup manusia lainnya karena adanya kebiasaan mamuis ( potong kepala).<br>
Pada saat itu untuk membangun sebuah rumah baru diadakan upacara menancapkan tiang utama yang memerlukan korban kepala manusia sebagai persyaratannya. Selain itu saat pemimpin suku Minahasa meninggal maka perlu mengorbankan kepala pengawalnya untuk menemani perpindahan ke alam baka.<br><br> Jejak-jejak kebiasaan tersebut dapat dilihat pada Waruga-waruga tertentu.<br> Apabila terdapat waruga-waruga kecil di dekat waruga besar , maka waruga kecil itu adalah tempat untuk mengubur kepala pengawalnya.<br>
<b>Waruga</b> adalah kuburan batu di Minahasa yang kependekan dari kata Wale (balai/rumah) dan Raga (tubuh).<br><br>
Pada jaman itu pemerintah Kolonial Belanda melarang profesi Head Hunter karena melanggar Hak azasi Manusia.<br> Sebagai ganti korban kepala manusia untuk upacara membangun rumah baru dan mengantar kematian seorang pemimpin Minahasa,dengan memotong kepala babi.<br>
Pada awalnya larangan tersebut sulit untuk di taati masyarakat sepenuhnya.<br> Coba bayangkan pemimpin Minahasa yang berpindah ke alam baka dengan sebuah kawalan,apakah mau berubah menjadi “ Aku ini sigembala babi?”<br><br>
Larangan pemerintah Kolonial Belanda yang disertai sanksi hukuman membuat kebiasaan mamuis berangsur-angsur punah, tetapi yang paling efektif adalah ajaran yang memberi pengertian kepada masyarakat Minahasa.<br><br>
Sam Ratulangi dapat disebut melakukan gebrakan yang kreatif yaitu <b>memenggal kata “tumoutou” menjadi dua bagian “tumou” dan “tou” sebagai ganti kebiasaan memenggal kepala</b>.<br>
Sehingga arti yang mudah dipahami dari “Sitou timou tumou tou” adalah
Manusia dilahirkan untuk membuat manusia lain dapat hidup dengan baik.<br>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3la_sFvS6X_6_Uvg2xUfMtmPgy9jZdc8bzCPHPPdc_A84To2-cAkLQ7330qLDtRnN0wMk4SZVW9iuIhPFKvJ-31XyNgkWQQOGUeSxMGPxN71cwP4UUFtgCp-NKE1LlvRU45NNB0UBKYZ5Py0dw5j-l9psDSVPXbsutnVL6curfRROy2BGo5BqAr9CuQ/s973/samratulangi.jpg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="400" data-original-height="433" data-original-width="973" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3la_sFvS6X_6_Uvg2xUfMtmPgy9jZdc8bzCPHPPdc_A84To2-cAkLQ7330qLDtRnN0wMk4SZVW9iuIhPFKvJ-31XyNgkWQQOGUeSxMGPxN71cwP4UUFtgCp-NKE1LlvRU45NNB0UBKYZ5Py0dw5j-l9psDSVPXbsutnVL6curfRROy2BGo5BqAr9CuQ/s400/samratulangi.jpg"/></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-25538892987436904842022-11-11T01:47:00.000-08:002023-01-12T00:24:47.307-08:00Tepukan Harmonis<span class="fullpost">
Menyanyi adalah bermain melody dengan mulut sebagai instrumen musiknya.<br> Dapat bertepuk tangan secara teratur berarti mampu memainkan irama musik.<br> Hampir semua orang dapat bernyanyi dan bertepuk tangan, <b>tetapi tidak semua orang dapat mengiringi sebuah lagu</b> menggunakan akor atau menyelaraskan nada-nada musik.<br><br>
<i>Ada pendapat:</i><br>
1. Harus mempunyai bakat atau feeling musik.<br>
2. Harus menguasai instrument musik.<br>
3. Harus belajar teori musik dan menghafal akor.<br>
Tiga point di atas <b>tidak mutlak</b> harus dimiliki.<br><br>
<b>IKUTI PETUNJUK INI</b> , maka kita akan <b>langsung BISA</b> mengiringi lagu. </span><br><br> Syarat dasarnya pakai<b> BATIK</b><br>
<b>B</b> Berhitung urut dan berulang contoh:(1,2,3,1,2,3,1,2,3,1,2,3 ), ( 1,2,3,4,1,2,3,4,1,2,3,4) dst. <br>
<b>A</b> Arah , mengerti petunjuk ke kiri ,kanan , atas , bawah , atau arah mata angin.<br>
<b>T</b> Tempo , dapat bertepuk tangan dengan teratur dengan cepat ataupun lambat.<br>
<b>I</b> Imajinasi , dapat membayangkan posisi nada. <br>
<b>K</b> Keseimbangan , dapat berdiri ,berjalan atau mengendarai sepeda (roda tiga).<br><br>
Dengan <b>Tepukan Arah Nada</b> mengikuti lagu maka kita bisa mengiringi musik.<br>
Tepukan Harmonis adalah <b>tepuk tangan yang posisinya berpindah</b> mengikuti Arah Nada (akor).<br>
1. Tepukan Arah Nada adalah pelajaran <b>dasar bermain musik Kolintang</b> ,kita akan dapat langsung memainkan kolintang, tinggal mengganti jari-jari kita dengan pemukul kolintang.<br>
2. Tepukan Arah Nada dapat di mainkan <b>tanpa alat musik</b> karena tubuh manusia merupakan alat musiknya dan kita dapat mendengar nada-nadanya di dalam hati kita.<br>
3. Tepukan Arah Nada <b>tidak harus mendengar bunyi</b>, dapat diikuti hanya dengan meraba atau melihat.<br>
4. <b>Kode Arah Akor</b> lebih <b>mudah dipelajari</b> dibanding menggunakan huruf atau angka, bahkan hewan juga dapat di arahkan tanpa belajar.<br><br>
Contoh dalam lagu <b>Topi Saya</b> setiap 3x4 tepukan, arah akornya berpindah seperti ayunan bandul bergantian menuju <b>ke kiri lalu kembali ke tengah</b>.
<br><br>
Pelajari lebih lanjut ke bagian dua atau ke <a href="https://blog.kolintang.co.id" target="_blank">https://blog.kolintang.co.id<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLbairSm1cwbEvb8oduiJZXvzxMUGMiqc6HbUwgIKw1C1dBZ1myXZQPk4iIxH190FIRsjuB8AFFvjWkJ0Y5K272zRm0kQRnaLsyXqzEZp82gTz-T_CNdA6OaAzwOA3PVCAHG5lK3S_QTrq_E_q7c-YGTLTLI9Mm5P_14Ypl5N14y8n34XsKZNnGNI-ng/s2145/lagu1%20arah%20akor.png" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="600" data-original-height="1379" data-original-width="2145" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLbairSm1cwbEvb8oduiJZXvzxMUGMiqc6HbUwgIKw1C1dBZ1myXZQPk4iIxH190FIRsjuB8AFFvjWkJ0Y5K272zRm0kQRnaLsyXqzEZp82gTz-T_CNdA6OaAzwOA3PVCAHG5lK3S_QTrq_E_q7c-YGTLTLI9Mm5P_14Ypl5N14y8n34XsKZNnGNI-ng/s600/lagu1%20arah%20akor.png"/></a></div></a> .
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-71582759339890802042022-11-10T02:02:00.000-08:002023-01-12T00:24:10.516-08:00Tepukan Harmonis ( bagian dua )<span class="fullpost">
Contoh berikutnya menggunakan lagu kedua <b>Kodok Ngorek</b>, selain menghitung tepukan kita dapat juga memperhatikan lirik lagu.<br> Pada saat liriknya menyebut kata <b>kali</b> posisi tepukan berpindah satu jengkal ke kiri atau menepuk <b>dada kiri</b>.<br><br>
Sedangkan untuk lagu ketiga <b>Jari dan jempol</b> posisi tepukan berpindah ke kiri saat mencapai kata <b>Selalu</b>.<br><br>
Lama kelamaan kita dapat merasakan perpindahan akor tanpa menghitung ketukan lagi.<br> Proses ini sama dengan juru masak yang dapat menggunakan <b>perasaan</b> untuk menaburkan garam ke masakan tanpa takaran sendok, sama juga dengan juru gambar yang dapat memperkirakan panjang garis tanpa menggunakan mistar.</span><br><br>
<b>Faedah Tepukan Harmonis atau Arah Nada:</b><br>
1. Tepukan Arah Nada <b>mencerdaskan</b> karena membuat kita mengaktifkan otak dengan menghitung secara reflek.<br>
2. <b>Memicu imajinasi</b> kita untuk memetakan posisi nada-nada, karena akornya bukan hanya arah kiri-kanan tetapi dapat berkembang menyebar dalam ruang tiga dimensi. <br>
3. Konsep fokus di tengah dan bergerak seimbang antara kiri dan kanannya,dapat dipakai untuk kegiatan yang lain contohnya untuk menemukan solusi permainan Kubus Rubik, untuk navigasi perjalanan, untuk kesehatan dan berguna untuk <b>melatih keseimbangan hidup.</b><br><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5KqlzbFpnrQi-S-aeViOxpNcm0yx_4XHW6uw-MNXrtOdgyEmOg9vXWXHw5An00FBR0CBRad629F-5HF3z5yALEqHkVYJcwKQU-76TJAh2qHuqiSxue9uKFkGjc-JHLEuMbFlbV56YbzBCH0gISQ8csINwLUz513ECQL8Ybsic7xZOxNLB8dtdEKfnPQ/s2145/lagu2%20dan3%20arah%20akor.png" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="600" data-original-height="1776" data-original-width="2145" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5KqlzbFpnrQi-S-aeViOxpNcm0yx_4XHW6uw-MNXrtOdgyEmOg9vXWXHw5An00FBR0CBRad629F-5HF3z5yALEqHkVYJcwKQU-76TJAh2qHuqiSxue9uKFkGjc-JHLEuMbFlbV56YbzBCH0gISQ8csINwLUz513ECQL8Ybsic7xZOxNLB8dtdEKfnPQ/s600/lagu2%20dan3%20arah%20akor.png"/></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-10046363167535048902022-11-04T01:48:00.008-07:002022-11-04T04:18:37.980-07:00Menyatukan seni dan sains dengan kolintang.<span class="fullpost">
Musik adalah cabang seni yang berhubungan dengan nada dan irama. Nada adalah bagian dari sains karena berhubungan dengan jumlah getaran perdetik.<br> Jadi seni musik dan sains adalah satu kesatuan.<br> Namun, banyak orang memahami sains, tetapi tidak bisa bermain musik. Itu karena pengajaran musik menekankan penggunaan pendengaran, yang sulit dipahami dengan perhitungan dan logika.<br>
<b>Kolintang</b> dapat menjadi solusi yang efektif <b>mempelajari Sains dan Seni bersamaan</b>.<br><br></span>
Kolintang adalah budaya Indonesia yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara. Meskipun sudah beradaptasi dengan ajaran musik Barat, perkembangan instrument kolintang tetap berdasarkan hitungan tradisional Minahasa. <br>
Menurut mitos, leluhur Minahasa adalah Karema, Toar dan Lumimuut yang merupakan personifikasi dari benda-benda langit.<br> Karema adalah Dewi Bintang yang menjodohkan Toar dan Lumimuut menjadi pasangan yang seimbang.Toar adalah Dewa Matahari yang menjadi pusat tata surya dan Lumimuut adalah Dewi Bumi yang berotasi mengelilingi matahari.<br><br>
<b>Toar mewakili bilangan ganjil</b> yang mempunyai pusat ‘satu’ di tengah dan seimbang di kiri dan kanannya.
1 = 0+1+0 ; 3 = 1+1+1 ; 5 = 2+1+2; 7 = 3+1+3 ; 9 = 4+1+4 <br>
<b>Lumimuut sebagai pasangan dari Toar</b> mempunyai sifat berkembang dan menyebar seperti arah mata angin, mewakili bilangan genap angka empat dan delapan. <br>
<b>Karema sebagai perantara</b> Toar dan Lumimuut, mempunyai sifat tarik-menarik, sebab-akibat (Karma), bolak-balik, mewakili bilangan genap angka dua. Sedangkan angka enam, meskipun bilangan genap tetapi dapat dipandang sebagai 3x2 dengan simbol Hexagram.<br><br>
<b>Desain ulang tangga nada diatonis mengikuti budaya Minahasa.</b><br>
Dalam budaya Minahasa seperti pada karakter Karema terdapat keseimbangan dinamis dua hal yg berlawanan sepanjang waktu.<br>
Dua hal yg berlawanan antara lain: Arah Kiri-kanan, atas-bawah, Pikiran(otak)-perasaan(hati), terpusat-menyebar,feminin-maskulin,flora-fauna,jasmani-rohani.<br>
Budaya Minahasa dalam ungkapan bilangan,<b>pertumbuhan lipat tiga (Kiri-Tengah-Kanan)</b> akan terjadi kalau selalu menyertakan pangkal (satu) yang di tengah.<br><br>
<b>Mengukur nada dengan konsep keseimbangan gerak dipandu telapak tangan.</b><br>
Kata <b>"diatonis"</b> berasal dari kata Yunani diatonos, yang artinya "merentang hingga ke ujung", seperti telapak tangan yang diregangkan seukuran satu jengkal.<br> Pada jaman itu muncul istilah Guidonian Hand (Guide = memandu), yang menggunakan telapak tangan untuk mengukur dan menandai nada musik.<br><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizdCJy3DP2lNpShrCoPSHY5FJ8d0Ur47hwb-fYLGFzj0EN83QYJg8rz17gWfeZVwq_otk3aJ2VbGSn3lad_aYyYLMXk3P7dwvq98J4hLMdKkflf1y2hQkh7vIcRAwn_3VsnlWDwggrEQmkSz03qSKp9fRiBMTmALz1B1jnRW9VXfh2DAH6N_99P1lfkA/s1212/akor%20jari.png" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="600" data-original-height="685" data-original-width="1212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizdCJy3DP2lNpShrCoPSHY5FJ8d0Ur47hwb-fYLGFzj0EN83QYJg8rz17gWfeZVwq_otk3aJ2VbGSn3lad_aYyYLMXk3P7dwvq98J4hLMdKkflf1y2hQkh7vIcRAwn_3VsnlWDwggrEQmkSz03qSKp9fRiBMTmALz1B1jnRW9VXfh2DAH6N_99P1lfkA/s600/akor%20jari.png"/></a></div>
<br><b>Untuk menggambarkan hubungan seni dan sains:</b><br>
•<b>Melody</b> adalah langkah jiwa (psi Ψ) ke kiri dan kanan yang dapat dihitung jumlahnya.<br> Melody lagu mempunyai rumah (nada dasar= Do) yang posisinya di telapak tengah, ditandai dengan jempol kanan.<br>
•<b>Akor</b> adalah getaran kalbu.
Akor adalah gabungan nada yang mempunyai interval yang dapat dihitung dengan jari.<br>
Akor dua nada= gabungan jempol kanan dan kelingking kanan, ber- interval tiga jari.<br>
Akor tiga nada mayor = Akor dua nada + nada di kelingking kiri, sela empat jari dari jempol kanan (satu jengkal).<br>
Akor tiga nada minor = Akor dua nada + nada di jari tengah kiri, sela dua jari dari jempol kanan(setengah jengkal).<br><br>
<b>LAGU = RUTE PERJALANAN </b><br>
Memainkan lagu seperti kita melakukan perjalanan dari rumah ke tempat tujuan dan/atau kembali ke rumah. <br>
Memainkan akor seperti bandul yang mengayun dari tengah ke kanan dan ke kiri yang cenderung balik ke tengah atau seperti sirkulasi Matahari terbit-terbenam melewati tengah hari. <br>
Arah gerakannya dapat dipandu oleh Simbol arah akor.<br>
<b>Simbol Arah</b> mudah dikomunikasikan, bahkan hewan juga dapat mengerti arah.<br> Tunarungu menjadi dapat bermain musik melihat isyarat arah akor yang akan dipukul.<br> Akor yang menggunakan dapat dikendalikan gerakannya (dinavigasikan).<br><br>
<b>Manfaat menyatukan sains dengan seni:</b><br>
1)<b>Kita dapat mengoperasikan nada-nada secara matematika.</b><br>
Misalnya: akor harmonis mayor adalah deret interval (4,3,2,4,3,2).<br>
Akor harmonis minor adalah deret interval (2,3,4,2,3,4).<br>
Akor empat nada adalah gabungan akor harmonis mayor+minor<br>
2) <b>Menjadi</b> <b>setara dengan bidang arsitektur</b> yang juga menyatukan sains dan seni.<br>
Satu nada mewakili titik, dua nada dapat membentuk garis,tiga nada membentuk bidang dan empat nada membentuk ruang.<br> Kita dapat memandang perpindahan antar akor seperti pewarnaan di bidang gambar.<br> Perpindahan antar warna primer dapat bergradasi melalui warna sekunder ,tersier atau warna-warna yang komposisinya diantara dua warna primer tersebut.<br>
3) <b>Musik menjadi dapat diajarkan tanpa instrument</b>, cukup dengan tepukan telapak tangan dan hitungan jari.<br> Titik nada di telapak tangan dapat dipindahkan ke seluruh tubuh.<br> Akan menyenangkan dapat bermain musik dengan tubuh kita sendiri.<br> Kita dapat mendengarkan nada-nadanya lewat imajinasi atau suara hati kita. <br><br>
<b>Kesimpulannya:</b>
Hal ini adalah inovasi yang luar biasa dan merupakan Revolusi dibidang musik.<br> Caranya belajarnya mudah, semudah belajar berjalan bergerak maju, belok kanan dan kiri tanpa bantuan alat lain.<br> Ajaibnya, kita bisa langsung memainkan musik saat kita menjumpai alat musik.<br><br>
Orang yang tidak menguasai musik dari sisi seni jumlahnya sangat banyak. <br>Kalau kita dapat memberikan pemahaman lewat ilmu pengetahuan, maka memberikan semua orang kesempatan yang sama untuk memahami musik.<br> Dampaknya, dapat <b>memberantas buta musik</b> (music illiteracy) dan <b>mencerdaskan</b> karena aktifitas otak kiri dan otak kanannya menjadi seimbang.<br>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUr61vqUrh2YGWELjIvz215Fb4ckR8DFDSrPxh4m4DFQZKUv7j3YibsIcdeDRjvFpPtd4kpDpqlfs9_DFJQQKsfzeOukXpz-r-zR8Mh5JTM9QDGp9wxWRco29Pv_HKa4OPFvylf0WmQw916Nwg-t1y-mAnPQTWY_HH2uwG-R3RgX4fJaaNJjzF1xPECQ/s4724/GERBANG%20MUSIK.png" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="600" data-original-height="1472" data-original-width="4724" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUr61vqUrh2YGWELjIvz215Fb4ckR8DFDSrPxh4m4DFQZKUv7j3YibsIcdeDRjvFpPtd4kpDpqlfs9_DFJQQKsfzeOukXpz-r-zR8Mh5JTM9QDGp9wxWRco29Pv_HKa4OPFvylf0WmQw916Nwg-t1y-mAnPQTWY_HH2uwG-R3RgX4fJaaNJjzF1xPECQ/s600/GERBANG%20MUSIK.png"/></a></div><br>
Diambil dari buku <b>Maimo Kumolintang</b>.<br>
Maimo Kumolintang adalah ajakan untuk bergerak seimbang mengikuti norma yang lurus.<br>
Maimo Kumolintang tidak hanya untuk keselarasan suara, tetapi juga keseimbangan sikap (tasawuth-tawazun).<br>
Yang membuat kita menjadi lebih, cerdas dan bijaksana, sehat jasmani dan rohani.<br>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-67758334947825754112022-11-03T03:33:00.000-07:002022-11-03T03:33:02.381-07:00Watu Pinawetengan<span class="fullpost">
Peninggalan sejarah yang berhubungan dengan asal usul suku Minahasa, selain nyanyian Karema pada upacara Rumages adalah Watu pinawetengan.<br>
Watu Pinawetengan (yang berarti Batu Tempat Pembagian) yang berada di Desa Pinabetengan Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.<br> Di tempat inilah bertemu sub etnis Minahasa yang meliputi suku Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tolour/Tondano, Tonsawang/Tombatu, Pasan/Ratahan, Ponosakan, Bantik dan Siau.<br> Selain membagi wilayah, para tetua suku-suku tersebut juga menjadikan tempat ini untuk berunding mengenai semua masalah yang dihadapi.<br><br>
</span>
Goresan-goresan di batu tersebut membentuk berbagai motif ada yang berbentuk gambar manusia, laki-laki dan perempuan, motif daun dan kumpulan goresan tumpang tindih.<br>
Pada saat batu Pinawetengan tersebut ditemukan tahun 1888, ethnografi masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan jaman sekarang.<br>
Tulisan-tulisan yang mencoba mengartikan Watu Pinawetengan antara lain dari J.G.F. Riedel yang menulis “ De Watu Rerumeran ne Empung " tahun 1896 dan J.Alb.T.Schwarz tahun 1905 dengan buku " Ethnographica uit de Minahassa ". <br><br>
Yang paling mantap adalah penjelasan singkat dari Tonaas (pemimpin adat) JOEL LUMENTA dari Kanonang saat batu tersebut ditemukan.<br> Penjelasan Tonaas JOEL LUMENTA yang tentu dari cerita orang tua secara turun temurun mengartikan gambar segi tiga adalah atap rumah pemimpin tertinggi Minahasa dan arti tiga garis sejajar adalah simbol pintu masuk negeri .<br><br>
Gambar atap rumah pemimpin tertinggi Minahasa yang berupa segitiga besar mengelilingi segitiga kecil yang dipusatnya terdapat titik merupakan simbol dari angka spesial Minahasa deretan bilangan 1,3 dan 9.<br> Deretan angka kelipatan tiga dengan yang favoritnya deret dengan pola segitiga Sierspinski merupakan ciri khas budaya Minahasa.<br><br>
<b>Deretan angka kelipatan tiga yang merupakan benang merah budaya Minahasa ada di:</b><br>
• Siulan burung Manguni 1,3,9 sebagai petanda baik.<br>
• Simbol ikat kepala Minahasa yang berupa gunung dan tiga gunung.<br>
• Keturunan suku Minahasa dalam kelompok 2x9 , 3x7 dan 9x3.<br>
• Jumlah sub etnisMinahasa yang dari 3 suku berkembang menuju 9 suku.<br>
• Atap rumah segitiga, bintang Kateluan sebagai penanda di langit dan sampai ke jimat-jimatnya yang 9 simpul.<br><br>
Bagaimana dengan Kolintang?<br>
<b>Maimo Kumolintang</b> adalah <b>ajakan</b> untuk kembali ber tongtingtang <b>mengikuti</b> <b>keseimbangan gerak Minahasa:</b><br>
• Mengikuti konsep 1,3,9 yang mengikuti 1 sebagai nada dasar Root ( Tuur) di tengah. <br>
• Menggunakan tangga nada yang dikembangkan dari tangga nada tritonis.<br><br>
Keseimbangan gerak Minahasa mempunyai sifat holistik tidak terbatas untuk bermain musik, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman menjalani hidup.<br><br><div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJQKtGSVsgEDe-46DxN4HjFf7OOnSg_xqjFNx0VmfNg6VJPzY0OegbXPfq4wZXpTfLpBj61SRL64JVkdYiSp2q1V96lzgnxjlPs2c681aSjZ4Ao8OBSwED0LDMDE9DguemzXq8e6v6tcbo3V5kAwwOXxxOcqebSS9bm8GZmityRJ6T4-339TjDsFPkg/s679/segi%20tiga%20sierpinski.png" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="600" data-original-height="460" data-original-width="679" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJQKtGSVsgEDe-46DxN4HjFf7OOnSg_xqjFNx0VmfNg6VJPzY0OegbXPfq4wZXpTfLpBj61SRL64JVkdYiSp2q1V96lzgnxjlPs2c681aSjZ4Ao8OBSwED0LDMDE9DguemzXq8e6v6tcbo3V5kAwwOXxxOcqebSS9bm8GZmityRJ6T4-339TjDsFPkg/s600/segi%20tiga%20sierpinski.png"/></a></div>
Maimo Kumolintang
https://blog.kolintang.co.id
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-78708980468246269342022-11-01T20:47:00.009-07:002023-01-12T08:04:21.993-08:00Upacara Rumages<span class="fullpost">
Sumber utama Minahasa tentang agama adat, kepercayaan, seni, budaya, dan adat istiadat masyarakat Minahasa umumnya mengambil dari Lagu Karema pada upacara Rumages.<br />
Cerita Toar dan Lumimuut dalam Upacara Rumages diambil dari buku " Uit Onze Kolonien" tulisan.H.Van Kol. terbitan tahun 1903.<br /><br />
<b>Nyanyian Karema 3 nada dengan Tarian Mangorai dan Kolintang Gong</b>
</span> <br /><br />
Bab/ Pokok Cerita /Keterangan Arah Gerakan dan Lokasi <br />
I Asal Karema dari Batu meledak atau bintang jatuh (meteor)/ Atas ke Bawah Langit<br />
I Karema melihat Bumi dan Matahari/ Kiri kanan dua arah<br />
I Melihat Pohon Aren , sungai , laut mengalir/ rotasi Tenggara<br />
I Melihat Pohon Asa (gelagah-tiwoho) , Tuis / rotasi Timur Laut<br />
I Melihat tanaman Temulawak kencur ,sagu/ rotasi Barat Laut<br />
I Melihat pohon Lontar(tikar),bambu / rotasi Barat Daya<br />
I Karema mengundang Lumimuut Lumimuut ke Karema <br />
I Lumimuut dan Karema bertemu Bersatu dalam gua <br />
II Pertanyaan asal usul Lumimuut / Langit<br />
II Lumimuut berasal dari 2 bukit bersinar dan awan pelangi /Kiri kanan Bumi<br />
II Ibunya: Bulan, Ayahnya: Matahari / rotasi dan memusat Langit<br />
II Bekal ibu di kanan Telur , bekal ayah di kiri biji2an / kanan kiri perahu<br />
II Lumimuut dihanyutkan di dalam perahu yang di ayunkan ombak / Kanan-kiri-muka-belakang perahu<br />
II Telur berkembang biak,biji2an tumbuh Berkembang/ Bumi<br />
II Lumimuut dan Karema bekerja sama Bersatu/ ke luar gua <br />
III Karema berdoa untuk jodoh Lumimuut /dari bawah ke atas <br />
III Lumimuut berdiri menghadap arah /rotasi Tenggara<br />
III Lumimuut berdiri menghadap arah /rotasi Timur Laut<br />
III Lumimuut berdiri menghadap arah /rotasi Barat Laut<br />
III Lahir anak Laki akibat angin barat / rotasi Barat Daya<br />
III Diberi nama Toar dan di besarkan / Ke pusat <br />
III Karema memberi Tongkat pohon Asa untuk Toar dan Tuis untuk lumimuut Tongkatnya sama tinggi <br />
III Toar dan Lumimuut berpisah/ Ke kiri dan kanan <br />
III Toar ,Lumimuut akan mengukur tinggi tongkat/ Mengukur ulang status <br />
III Toar dan Lumimuut bertemu Tongkat/ Toar lebih pendek <br />
III Toar dan Lumimuut menjadi suami istri /Berpasangan <br />
III Karema Toar Lumimuut (Ka-To-Lu)/ Semesta <br />
III Keturunannya anak 2x9, cucu 3x7, buyut 3x9 <br />
<br /><br />
<b>Karema</b> di gambarkan sebagai bintang jatuh mempunyai arah gerak dari atas ke bawah, berdoa kepada Tuhan yang di atas , secara horizontal memisahkan - menyatukan Toar dan Lumimuut.Karema yang namanya mirip Karma adalah simbol dari bilangan dua dan bersifat feminin.<br /><br />
<b>Lumimuut</b> yang berasal dari dua bukit , melakukan gerak rotasi melewati 4 atau 8 arah mata angin adalah simbol bilangan genap dan bersifat feminin dan dikenal sebagai Dewi Bumi.Lumimuut berkata kepada Karema bahwa dengan kerja sama antar keduanya maka sudah genap dan bahagia.Tetapi Karema mengatakan belum seimbang sehingga perlu memohon pasangan untuk Lumimuut.<br /><br />
<b>Toar</b> yang berasal dari kata Tuur (pangkal) dan dikenal sebagai Dewa Matahari adalah pasangan Lumimuut yang merupakan simbol bilangan ganjil dan bersifat maskulin.<br /><br />
Sepanjang waktu terjadi dinamika ganjil-genap, memusat -menyebar,kiri-kanan,atas-bawah,yang di seimbangkan oleh hukum sebab akibat.
Ada persamaan gender yang di gambarkan dari Karema yang memberi tongkat sama panjang kepada Toar dan Lumimuut. Ada perubahan status dari Toar yang semula adalah anak dan kemudian menjadi suami yang digambarkan dari ukuran tongkat memendek seperti memendeknya jarak matahari ketika tenggelam ke horizon (kaki langit). <br /><br />
<b>Keseimbangan KATOLU ( KArema-TOar-LUmimuut) dalam simbol-simbol dalam kotak 3x3.</b><br /><br />
Simbol <b>Karema</b> ditempatkan di pusat sebagai penengah dari <b>Toar</b> dan <b>Lumimuut</b> yang di letakan di ujung atas kiri dan kanan.
Simbol bekal Lumimuut <b>biji-biji tanaman</b> yang melambangkan perasaan diletakan di ujung kiri bawah. Sedangkan simbol <b>telor hewan</b> yang melambangkan pikiran diletakan di ujung kanan bawah. <br />
Simbol-simbol di <b>Kolom tengah dan Baris tengah</b> adalah simbol keseimbangan dinamis yang selalu berubah sejalan dengan waktu. Dua tongkat yang tergabung menjadi satu membentuk Cross adalah keseimbangan irama.<br />
Hexagram di pusat adalah simbol keseimbangan bilangan genap(angka enam) dan ganjil yang dipandang dari gabungan dua segitiga (3x2) yang juga merupakan keseimbangan trinada musik.<br /><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge14v_KD3BmCOwKvkRmSqYLYrkvbYGbyBmvRDd8jxzcZyBf8Ximq_oPKstI5qy2cS6xvx35U2o5nV1q5om91c8payIBJh801BPLGI4Qhsq2n7r-Ek_iTHxzC3XrBbkJZBkC0Yd3T8c9UJUf_DvXZm1ES4V1nk1KfSkrOZhYI4RXurEDW0-ORB6jKEbsQ/s849/keseimbangan%20indo.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="785" data-original-width="849" height="370" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge14v_KD3BmCOwKvkRmSqYLYrkvbYGbyBmvRDd8jxzcZyBf8Ximq_oPKstI5qy2cS6xvx35U2o5nV1q5om91c8payIBJh801BPLGI4Qhsq2n7r-Ek_iTHxzC3XrBbkJZBkC0Yd3T8c9UJUf_DvXZm1ES4V1nk1KfSkrOZhYI4RXurEDW0-ORB6jKEbsQ/w400-h370/keseimbangan%20indo.png" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both;">Nyanyian Karema berisi hal-hal baik tentang kesetimbangan angka,arah dan waktu. Namun pelaksanaan ritual yang menggunakan korban manusia dengan pemimpin upacaranya yang dalam keadaan kesurupan menjadikan kegiatan tersebut terlarang dan berimbas juga ke kolintang yang mengiringinya.</div>
<b>Rumages</b> dari kata rages yang artinya korban.<br />Akibatnya, budaya kolintang menghilang dari Minahasa selama kurang lebih 100 tahun, kemudian muncul lagi dalam bentuk kolintang modern bernada diatonis dengan konsep pendidikan musik Barat.<br /> <b>Maimo Kumolintang</b> adalah ajakan ber Tong Ting Tang atau bergerak setimbang mengikuti Root /Tu'ur / norma yang lurus.
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-28899684771839206642022-11-01T04:15:00.002-07:002022-11-01T04:15:35.294-07:00Meluruskan pengertian budaya Minahasa dan Kolintang<span class="fullpost">
1) *Pendapat bahwa agama asli Minahasa adalah animisme dan tidak ber Tuhan.*<br>
Berdasarkan isi dari Nyanyian Karema yang dinyanyikan saat upacara suci Rumages, orang Minahasa kuno sudah berdoa kepada Empung Wailan Wangko (Tuhan yang Maha Besar).
Data ini diteliti oleh penulis N. Graafland (tahun 1881)<br><br>
2) *Pendapat bahwa budaya suku Minahasa masih terbelakang (primitif).*<br>
Dalam buku Atlantis the Antediluvian World, Ignatius Donelly (1882), menuliskan bangsa-bangsa kuno yang menyembah Matahari mempunyai peradaban tinggi seperti Yunani Kuno,Mesir Kuno, Bangsa Maya di Amerika Tengah.<br>
Menurut mitos leluhur Minahasa adalah Toar ( Dewa Matahari ) dan Lumimuut ( Dewi Bumi) yang di jodohkan oleh Karema ( Dewi Bintang).
Dewa dewi tersebut adalah personifikasi dari benda-benda di langit yang menunjukkan bahwa orang Minahasa pada jaman dahulu sudah mengenal ilmu Astronomi. </span><br>
Ide bahwa manusia adalah keturunan Bumi dan Matahari adalah pemikiran yang jauh ke depan dalam lingkup alam semesta.
Kalau kita bertemu dengan mahluk dari Galaksi lain ( bayangkan seperti kita berada di dalam film Star Wars), cara memperkenalkan diri yang cerdas adalah mengatakan kalau kita keturunan Bumi dari sistim tatasurya ( Matahari), alih-alih memperkenalkan diri sebagai orang Jawa asal Salatiga.
<br><br>
3) *Pendapat bahwa Kolintang adalah budaya yang masih muda dan hanya pengaruh dari luar Minahasa.*<br>
Kolintang sudah ada sejak terbentuknya suku Minahasa karena ada keturunan pertama dari Toar dan Lumimuut yang bernama Tingkulengdeng si dewa Kolintang. Berdasarkan karakter Tingkulengdeng di dapatkan hubungan antara keseimbangan gerak (hidup), keselarasan bunyi , keserasian bentuk , aturan arah dan angka-angka istimewa.<br>
Dari Nyanyian Karema yang dinyanyikan pada upacara adat Minahasa
Lumimuut sebagai bumi atau digambarkan berotasi mengikuti arah mata angin, yang disimbolkan dengan angka 4 dan 8.
Karema dari katanya berasal yang mirip Karma yang berhubungan dengan sebab-akibat ,timbal balik merupakan simbol angka dua.
Jodoh dari Lumimuut adalah Toar yang artinya pangkal tengah atau Dewa Matahari yang menyimbolkan bilangan yang ada satu di tengah dan simetris kiri kanannya atau bilangan ganjil dengan satuan tertinggi angka 9.<br><br>
Cerita diatas cocok dengan ilmu Astronomi dari Sumeria dan Babilonia pada 3000 tahun SM yang menyangkut hubungan antara Chord ( tali busur) ,sudut putaran , dan perhitungan waktunya.
Mereka memperhatikan jalur melingkar tahunan Matahari saat melintas langit ( Bumi) dan menemukan waktu 360 hari yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya.
Ayat kitab Suci yang mengatakan : “<b>Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana</b>”. Ditafsirkan merujuk kepada ahli-ahli astronomi yang dianggap bijaksana karena dapat menghitung sirkulasi tatasurya dan memprediksi masa depan.
<br><br>
Kesimpulan dari cerita di atas seni musik yang berbasis Tonal system sudah ada dasarnya dalam budaya Minahasa kuno dalam bentuk keseimbangan gerak yang Root ( Tuur) nya di pusat.
Nada-nadanya menggambarkan perkembangan keturunan Toar-Lumimuut yang berlipat tiga.
<br><br>
Kita juga mendapati bahwa macam-macam tangga nada adalah hasil penjumlahan sederhana menggunakan bantuan jari tangan.
Sebagai catatan: kata *diatonis* dari bahasa Yunani yang artinya meregangkan, dalam hal ini meregangkan telapak tangan.
<br><br>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8Avk4sVIA6qC5QvaZKBAr_9jTsjG6fVLmrnn3tD8hJPvcO0fHq0TaEj67XcVGFw7BYscTicvIZspU8YHRvr7HU8ypoLtYSu_Zbcc51_5vYf9xz1SUXkk0qbFhRlWcsEnK3cA5g0Muj-MnNgnHD_sHXnDl3B0zXXFIjvRE0kFODi65T0ffECfPWc7NjA/s5906/susunan%20nada.jpg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="600" data-original-height="4134" data-original-width="5906" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8Avk4sVIA6qC5QvaZKBAr_9jTsjG6fVLmrnn3tD8hJPvcO0fHq0TaEj67XcVGFw7BYscTicvIZspU8YHRvr7HU8ypoLtYSu_Zbcc51_5vYf9xz1SUXkk0qbFhRlWcsEnK3cA5g0Muj-MnNgnHD_sHXnDl3B0zXXFIjvRE0kFODi65T0ffECfPWc7NjA/s600/susunan%20nada.jpg"/></a></div>
Lebih detail tentang Nyanyian Karema ke <a href="https://blog.kolintang.co.id" target="_blank">https://blog.kolintang.co.id</a>
Inovasi-inovasi lihat di buku Maimo Kumolintang
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-52932240595999589952022-11-01T01:58:00.001-07:002022-11-01T01:58:28.341-07:00Apa kata dunia tentang Kolintang?<span class="fullpost">
Kolintang adalah alat musik pukul yang susunan nadanya diatonis berasal dari Minahasa Sulawesi Utara.
Dilihat dari susunan bilahnya terdiri dari:<br> Kolintang melody yang susunan bilahnya menyerupai susunan Piano atau Marimba.<br> Kolintang Pengiring dan Bas yang yang terdiri dari 25 bilah berjejer menyerupai Fret gitar senar tunggal dengan tangga nada kromatik.<br><br>
Dalam hal instrument musik, kolintang hanyalah salah satu dari xylophone bernada diatonis dengan resonator palung yang banyak ditemukan di seluruh dunia. Setelah menyelesaikan konser INO diluar negeri terjadi beberapa kali transaksi antara penonton dengan musisi yang menjual alat musiknya, antara lain Sasando Nusa Tenggara Timur , Suling Sumatra barat , Kecapi Sunda karena keunikannya, namun hal ini belum pernah terjadi pada kolintang.<br><br>
</span>
Pada tahun 1949 Carl Orff Komponis Jerman sudah membuat ansambel “10 instrumen kolintang” (Xylophone Palung) memainkan pertunjukan opera Antigonae. <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Antigonae#Instrumentation" target="_blank">https://en.wikipedia.org/wiki/Antigonae#Instrumentation</a>
Tetapi setelah saat itu “Kolintang” (xylophone dengan resonator palung) masuk museum tidak digunakan lagi untuk konser–konser resmi, digantikan dengan xylophone dengan resonator tabung dan Marimba.<br><br>
Xylophone dengan resonator palung telah turun tingkatannya menjadi alat pembelajaran musik setingkat Sekolah Dasar yang dikenal sebagai instrument Orff.
Marimba dan Xylophone dengan resonator tabung dianggap mempunyai resonansi yang dapat dihitung dengan presisi menggunakan rumus matematika.<br><br>
Mengenai bilah kolintang, para pengrajin kolintang saat ini baru mulai terbiasa dengan tuning digital menggunakan aplikasi Android sebagai ganti tuning dengan indra pendengaran. Pabrik Xylophone diluar negeri sudah melakukan double dan triple tuning. Jadi bilahan setelah dituning sekali , masuk ke tahap double tuning menyelaraskan suara sampingan (overtone) ,bahkan ke tahap triple tuning.<br>
Melihat cara tuning pengrajin Kolintang yang masih primitif mereka akan menutup sebelah mata, dan mereka akan menutup mata sebelah matanya lagi jika mengtahui Kolintang dimainkan menggunakan teori musik Barat. <br><br>
Para mahasiswa musik dari luar negeri umumnya akan datang ke Indonesia mempelajari sesuatu yang sulit didapat dari negeri asal mempelajari alat musik Sunda, Jawa atau Bali dengan tangga nada yang unik.<br><br>
Apa strategi Kolintang untuk menarik perhatian dunia?
Kita sudah menunjukkan kalau kolintang dapat menandingi dan mengcover lagu-lagu klasik Barat yang sulit dimainkan. Kita juga sudah melakukan langkah baik dengan menggemakan kolintang diseluruh penjuru nusantara dan dunia.<br>
Menurut DR. Etnomusikologi Franki Raden kita harus menawarkan sesuatu yang tidak biasa mereka dengar di negara mereka, sesuatu yang unik yang membuat mereka berminat mempelajari Kolintang secara akademis.
Nah…., bagaimana ?<br><br>
Kita harus meluruskan anggapan yang salah tentang Minahasa dan budaya kolintang. Baru setelah tahap edukasi, dunia mengerti bahwa kolintang adalah budaya yang unggul.<br>
Untuk membuka mata dunia, kami menyusun sebuah buku berjudul Maimo Kumolintang yang dapat menunjukkan keunikan kolintang.<br><br> Budaya Kolintang Minahasa sejauh yang kami ketahui sudah berusia ribuan tahun, bisa jadi lebih kuno dari budaya di pulau Jawa dan Bali.
Dibawah ini testimoni dari professor Marimba tentang buku Maimo Kumolintang.<br>
<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Fran%C3%A7ois_Du_Bois" target="_blank">https://en.wikipedia.org/wiki/Fran%C3%A7ois_Du_Bois</a>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPa0HSKa_tFOEWwfMR9MX5MaZc39Q9WjYfF02K7wCjqQzrHTprNToxOSshsg4Uu40smC9UcowABg_CcdqDoulbtrBTVDhYKU9LadQZQB3Wzki2OAKAe6fULA_FRTYAPyoBjlS9gYKdG6JM7i5JS8_iSnwgiRHgqFXm5CyXLf02G4V2s7cuEa5m416ckQ/s919/Francois.jpg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" height="600" data-original-height="919" data-original-width="773" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPa0HSKa_tFOEWwfMR9MX5MaZc39Q9WjYfF02K7wCjqQzrHTprNToxOSshsg4Uu40smC9UcowABg_CcdqDoulbtrBTVDhYKU9LadQZQB3Wzki2OAKAe6fULA_FRTYAPyoBjlS9gYKdG6JM7i5JS8_iSnwgiRHgqFXm5CyXLf02G4V2s7cuEa5m416ckQ/s600/Francois.jpg"/></a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-33134688644124490052022-10-28T18:33:00.000-07:002022-10-28T18:33:24.740-07:00Kesan-kesan tentang om Petrus kaseke<span class="fullpost">
Pertama kali mendengar tentang om Petrus Kaseke waktu saya umur 8 tahun di Tegal. Saat itu ayah saya mengatakan kalau tante akan menikah dengan orang Minahasa sambil dibumbui cerita kalau orang Minahasa mempunyai adat memenggal kepala orang.<br>
Pada saat itu pernikahan beda suku masih jarang terjadi di lingkungan keluarga di Tegal. Om Petrus termasuk nekad karena berani melamar tante, datang ke Tegal tanpa ditemani keluarga dari Minahasa.<br>
Om Petrus melamar tante dengan ditemani pdt JMP Batubara dengan modal status, sudah diterima bekerja beberapa bulan sebagai karyawan Universitas Satyawacana setelah beberapa lama bekerja serabutan tanpa gelar.<br><br>
Statusnya sebagai keturunan ningrat di Ratahan tidak berlaku di kota Tegal. Menurut budayawan D.S Lumoindong kakek buyut om Petrus Kaseke yang juga bernama Petrus Kaseke adalah Hukum Tua (pemimpin Minahasa pada jaman dahulu) yang menikah dengan Putri Dotu Maringka. Dotu Maringka adalah raja Ratahan yang patungnya ada di pusat kota ratahan Minahasa Tenggara.<br><br>
</span>
Setelah berkenalan sehari, om Petrus Kaseke mengatakan besok pagi akan mengantar saya ke sekolah SD Pius Tegal dan sebelumnya akan diajak jalan-jalan.
Keesokan harinya saya di jemput jam 6 pagi dan dibonceng motor ke tempat yang pada saat itu sangat jarang dikunjungi di Tegal namanya Balongan. Meskipun bukan tempat yang biasa dikunjungi tetapi jalan-jalan itu cukup mengesankan dari situ awal kedekatan saya dengan om Petrus.
Jam 7 pagi saya sudah di antar ke sekolah dengan tidak kekurangan sesuatu apapun.<br><br>
Saya melanjutkan SMP di Salatiga menemani tante karena waktu itu mengkontrak di rumah tua yang besar dan banyak kamarnya. Rumah itu beralamat di jln Osamaliki 4 yang akhirnya terbeli dan ditinggali sampai sekarang.
Keterkejutan berikutnya adalah dalam perbedaan bahasa, meskipun om Petrus sudah lama di Jawa tengah tetapi masih menggunakan istilah dalam bahasa Manado. Saya terkejut waktu om Petrus berkata :” bunuh itu”, untung akhirnya tante menjelaskan kalau saya diminta memadamkan lampu.
Beberapa tahun kemudian Agus adik sepupu dari Tegal ikut menemani saya tinggal di Salatiga dan masuk SD Marsudirini. Agus waktu kecil termasuk anak yang bandel, jadi om Petrus mendidik lebih keras.
Saya cukup dimarahi kalau berbuat kesalahan, tetapi Agus melawan kalau dimarahi sehingga om Petrus kaseke menghukumnya. Hukuman yang membuat saya ternganga adalah kalau melihat Agus dipegang kakinya dan diangkat dengan kepala dibawah. Waktu di Tegal saya sering menjantur jangrik supaya mau diadu kembali, tapi kalau menjantur orang adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat.
Hukuman tersebut untuk mendidik, sebetulnya tidak mencelakai hanya caranya yang kontroversial.
Agus akhirnya mendapat jodoh orang Minahasa, sampai sekarang masih tinggal di Salatiga dan membuka warung makan gado-gado bu Agus yang cukup terkenal.<br><br>
Setelah saya melanjutkan ke SMA Negeri Salatiga, kemudian Royke Komalig keponakan om Petrus dari Ratahan datang ke Salatiga dan sekolah di SMP Negeri.
Setelah saya lulus dari universitas Trisakti Jakarta, Fani Gara dari Ratahan datang ke Salatiga dan oleh om Petrus di minta ke Jakarta untuk bersama saya membuka cabang usaha kolintang di Jakarta.<br><br>
Om Petrus Kaseke datang seorang diri, tetapi sukses menggabungkan dua keluarga besar dari Minahasa dan dari Jawa tengah.
Banyak pelajaran yang saya dapat dari om Petrus Kaseke , yang saya terima melalui nasihat langsung ataupun melalui teladan tindakannya.
Om Petrus dan tante merupakan orang tua yang membesarkan saya dan menyekolahkan saya sampai selesai. Saya bersyukur memiliki 2 pasang orang tua yang membuat lebih mudah menjalani hidup.<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizPZduWxkscUdBnU2emNAu-s-Qmm2fKLMJ__IA_ZW9tBQIFtQiAV9rxu7uVzHc9hxeX2nScE8dHPP513OMYIYgKuiZiXJzHvtyvx_hSkYL1djqerIpK9tDJqp06r3JP5XGBQ_SgVbAEzUe1-RoCy0G9ezqCKX8DjWpDo58nM1jMbJEe7m1AVaNd_eecQ/s1501/pk.jpeg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="320" data-original-height="1044" data-original-width="1501" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizPZduWxkscUdBnU2emNAu-s-Qmm2fKLMJ__IA_ZW9tBQIFtQiAV9rxu7uVzHc9hxeX2nScE8dHPP513OMYIYgKuiZiXJzHvtyvx_hSkYL1djqerIpK9tDJqp06r3JP5XGBQ_SgVbAEzUe1-RoCy0G9ezqCKX8DjWpDo58nM1jMbJEe7m1AVaNd_eecQ/s320/pk.jpeg"/></a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-62539290101103810442022-10-24T09:06:00.000-07:002022-10-24T09:06:28.183-07:00Tangga nada asli Minahasa<span class="fullpost">
Kolintang termasuk instrument yang sudah bergabung sejak awal terbentuknya INO
(Indonesian National Orchestra) pada bulan Mei 2010.<br>
Sesuai arahan pak Franki
Raden, untuk membentuk orkestra tradisi yang sulit ditiru oleh orkestra Barat
maka setiap anggota menunjukkan keunikan alat musiknya menggunakan tangga nada
asli daerah asal.<br>
Pada giliran kolintang, saya memainkan lagu-lagu popular Minahasa
seperti Sipatokaan,dan Oinanikeke. Tetapi teman-teman musisi
tradisi menanggapi kalau lagu yang saya mainkan adalah nada-nada diatonis khas
musik Barat dan mereka mengusulkan memainkan lagu-lagu pentatonis supaya
hilang kesan Baratnya.<br>
Kemudian saya memainkan lagu Gundul-gundul Pacul lalu
seorang teman menimpali itu dari Jawa, saya ganti dengan lagu Es Lilin tetapi
diprotes teman yang lain kalau itu lagu daerah Sunda.<br>
Aduh kasihan………<br>
</span>
Kolintang dilarang dimainkan selama +/-100 tahun pada masa kolonialisme dan
muncul kembali menjadi kolintang modern dengan tangga nada diatonis khas musik
Barat.<br>
Hal ini membuat lagu-lagu kuno Minahasa kurang populer dalam lingkup
Nasional.<br><br>
Setelah kejadian itu, pak Petrus kaseke menjelaskan kalau kata
kolintang berasal dari susunan 3 bunyi yaitu Tong = nada rendah , Tang = nada
tengah dan Ting= nada tinggi dan dikembangkan secara simetris dengan pusat di
tengah.<br>
Jadi kolintang membicarakan konsep bunyi, bukan tentang bahan logam,
bambu atau kayu.<br>
Hal ini serupa dengan pendapat budayawan Jessy Wenas bahwa
tangga nada kolintang asli adalah tritonis, dengan contoh alat kentongan bambu
(Tentengkoren) 3 bunyi yang dinamai Loway (anak), Ina (ibu ) dan Ama (ayah).<br>
Pendapat tersebut dikuatkan lagi oleh lagu kuno Nyanyian Karema dalam upacara
adat Minahasa menggunakan 3 nada atonal yang menceritakan asal usul suku
Minahasa.<br>
Menurut mitos suku Minahasa adalah keturunan Toar (dewa Matahari) dan
Lumimuut (dewi Bumi).<br> Kolintang sudah ada sejak terbentuknya suku Minahasa
karena keturunan pertama Toar dan Lumimuut adalah Tingkulengdeng yang ahli
mengartikan suara burung, ahli bangunan merangkap dewa kolintang kayu.<br>
Suara burung Manguni dipercaya sebagai petanda baik apabila bersiul sebanyak 1,3 atau
9 kali. Rumah adat Minahasa bertumpu pada Tuur ( batang tengah), atap berbentuk
segitiga, bangunan yang simetris dan anak tangga yang berjumlah ganjil. Dengan
memadukan aturan-aturan di atas kita dapat menyusun tangga nada asli Minahasa
karena konsep kolintang yang holistik, tidak terbatas sebagai alat musik.<br>
Yang menakjubkan, aturan tritonis berlipat dapat menyerap dengan mudah tangga nada
dari luar Minahasa bahkan tangga nada diatonis.<br>
Menurut Ensiklopedia Britannica,
musik Barat berasal dari daerah sekitar laut Mediterania termasuk Mesir yang
mempunyai dewa tertinggi Ra ( Dewa Matahari) yang mempunyai nama mirip dengan
Toar (Dewa Matahari Minahasa).<br><br>
Perkembangan tangga nada Minahasa setelah tritonis, adalah hexatonis (3x2) seperti yang terdapat dalam sket buku
Ethnographisce Miszelen Minahasa Celebes. Meyer A.B and O. Richter, Museum
Dresden 1902 dimana susunan nadanya 5,7,1,3,4 dan 6. Susunan nada Kolintang Gong
tersebut dapat memainkan tangga nada pentatonis.<br>
Pak Petrus Kaseke pada awal produksinya membuat kolintang dengan susunan Nonatonis (3x3) yaitu susunan nada
diatonis ditambah nada 1 kruis dan 1 mol atau 1,2,3,4,4#,5,6,6#,7, sebelum
berkembang menjadi susunan Kromatis (3x4).<br>
<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Petrus_Kaseke">https://id.wikipedia.org/wiki/Petrus_Kaseke</a>.<br>
<br>
Kembali ke topik awal, susunan nada
apa yang saya gunakan untuk berkolaborasi dalam INO? Pak Franki Raden jarang
memberikan partitur musik, jadi hanya mengatakan terserah tapi yang enak.<br>
Saya paling trauma kalau mendengar kata terserah (apalagi kalau keluar dari mulut
maitua), apapun yang dikerjakan sulit diprediksi benar atau tidaknya bahkan jadi
serba salah. Untungnya saya ingat konsep bunyi Manguni Makatelu (3x) Makasiow
(9x) sebagai petanda baik, jadi saya menggunakannya sebagai dasar tangga nada.<br>
Apabila dipadukan dengan potongan lagu kuno Minahasa yang kerap dinyanyikan saat
menari maengket, acara Mapalus dan mengambil nuansa lagu-lagu Makaaruyen yang
menggugah rasa maka nadanya mirip dengan pola improvisasi Blues.<br> Sepertinya
langkah ini bisa diterima, karena kemudian di INO muncul lagu dengan judul Blues
for You.<br><br>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgfd060vnyzSnc640iqyIrbVO1cD0eZseclnVDCVeSDDJNoE3hJWo9995DeGGiJ3zDT4RmEXlzYhuhu41CPxz9YFpBZN0Z3aDhL1wiuAxzD0bRle6b-CK5U2F5A9kzfuD0KblTrnWZxS9OqH1IEatrbor_X_VUVrebFmnzFwCS-gBjT6fyCxIhoLbKoQ/s1600/manguni.jpeg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" height="320" data-original-height="1600" data-original-width="1200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgfd060vnyzSnc640iqyIrbVO1cD0eZseclnVDCVeSDDJNoE3hJWo9995DeGGiJ3zDT4RmEXlzYhuhu41CPxz9YFpBZN0Z3aDhL1wiuAxzD0bRle6b-CK5U2F5A9kzfuD0KblTrnWZxS9OqH1IEatrbor_X_VUVrebFmnzFwCS-gBjT6fyCxIhoLbKoQ/s320/manguni.jpeg"/></a></div>
------------------------------------------------------------------------------------------------------------<br>
Maimo Kumolintang <br>
http://www.kolintang.co.id
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-56645165090171573342018-02-07T21:21:00.000-08:002018-02-07T21:21:05.793-08:00Karakter nada musik kolintang asli Minahasa <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Karakter nada musik kolintang asli
Minahasa dalam INO.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkUVuTZnWDeDelDcxn8bL8pL9epTTdwfTvUJRi18am-sR1KvmkJt4Icj_UxzHpTHRdO4u3ehZyonF3HaPhmDJ3gnJGsE0VVmHHoMORP60a3QfMmFDrWmB4LsEJPQDKN-0RQqe8QfVA0ODx/s1600/ino-gabungan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1263" data-original-width="1263" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkUVuTZnWDeDelDcxn8bL8pL9epTTdwfTvUJRi18am-sR1KvmkJt4Icj_UxzHpTHRdO4u3ehZyonF3HaPhmDJ3gnJGsE0VVmHHoMORP60a3QfMmFDrWmB4LsEJPQDKN-0RQqe8QfVA0ODx/s320/ino-gabungan.jpg" width="319" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
INO(Indonesian National Orchestra) adalah group musik yang
anggotanya beragam pemusik pemusik dari seluruh Indonesia,dimana keunikannya
adalah mencoba menyatukan budaya-budaya musik dari seluruh daerah di Indonesia
"tanpa menghilangkan" identitas asli daerah tersebut,menjadi kesatuan
orkes yang harmonis.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Susah menyatukan permainan musik ,dimana instrument
instrument masing-masing daerah tersebut dibuat seperti apa adanya tanpa
merubah warna suaranya,frekwensi nadanya,maupun tangga nadanya,kecuali beberapa
alat musik yang memang biasanya diselaraskan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Karena karakter musik masing-masing daerah juga dicoba
dipertahankan, membuat semakin sulit lagi menyatukannya ,sehingga tidak dapat
dibuat partitur secara detail,hanya dibuat giliran-giliran main ,supaya ada
kesempatan menonjolkan alat musik masing-masing daerah,karena kalau semua
berbunyi akan tenggelam suaranya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagai pemersatu yang paling logis tentunya adalah
irama(ritme),meskipun menjadi rumit karena kadang-kadang harus menggunakan
poliritmik(bermacam-macam irama yang disatukan).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Supaya dapat bersifat universal maka harus menggunakan
komunikasi non-verbal,tanpa kata-kata(kalaupun ada lirik lagu,fungsinya hanya
didengar bunyi-bunyiannya yang tidak memberikan arti bahasa verbal).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saya yang terbiasa main musik dengan aturan-aturan permainan
musik barat (pakai partitur,ada melody,chord dll) menjadi kagok dengan aturan
baru :"mainkan saja musikmu ,tidak ada yang salah atau benar,yang ada
adalah enak atau tidak enak,cocok atau tidak cocok".<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Meskipun dibilang oleh pimpinan :"bebas...,mainkan saja
improvisasimu ,jangan takut salah" ,tapi kalau dia rasa mainnya tidak
pas,tetap saja di omelin :(<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Nah loh ...bagaimana caranya berimprovisasi bebas tapi
selaras?",ada yang bilang lebih gampang ikut jams session pada group musik
jazz karena batasan-batasannya lebih jelas dibandingkan berkolaborasi dalam
group INO.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Waktu anak saya bergabung pertama kali dengan INO,di sela
sela jam istirahat dia berkata: "Papa ,aku bisa tahu daerah asal
orang-orang yang meniup suling tanpa melihat pemainnya cukup dari mendengar
tiupannya."<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Dia mengidentifikasikan pemain suling asal Tapanuli dari
hembusannya yang menggebah-gebah seperti cara bicaranya,pemain suling Sunda
dari cengkok-cengkoknya ,dan pemain musik asal Bali yang meniup khas dengan
napas yang tidak terputus.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekarang giliran kolintang,bagaimana cara mengidentifikasi
kolintang dari bunyinya?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Kolintang jaman sekarang yang mempunyai bilah-bilah
chromatic 12 nada dan lebih bebas untuk memainkan segala macam lagu ,namun
justru membuat saya kesulitan membentuk karakter nada musik kolintang di
INO,karena nada kolintang tidak spesifik seperti nada gamelan yang memiliki
frekwensi nada unik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Saat saya membunyikan phrase lagu-lagu daerah Minahasa yang
populer mewakili kolintang(seperti Sayang-sayang , Oinanikeke)ternyata belum
diterima oleh teman-teman INO,kata mereka itu belum spesifik kolintang ,itu
dimiliki secara nasional di seluruh Indonesia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Mereka meminta:"yang kolintang,...yang kolintang
asli,yang Minahasa asli....." ...hmmmm? plonga-plongo(bengong) dulu
sejenak..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Dari pada bengong,seorang teman dari Sumatera
Barat,mencontohkan dengan nada nada serunainya,agar kolintang
mengikutinya,tetapi lagu Melayu yg dimainkan kolintang mengikuti serunai tidak
cocok menunjukkan karakter kolintang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Oleh teman yang lain diusulkan menggunakan tangga nada
pentatonis saja,karena kebanyakan musik-musik daerah bertangga nada pentatonis.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Memerlukan waktu seharian untuk menggali lebih dalam sejarah
kolintang,sampai akhirnya saya putuskan menggunakan nada pentatonis untuk
karakter musik kolintang,karena memang menurut sejarah kolintang bertangga nada
pentatonis,bahkan era sebelumnya lagi hanya bernada tritonis. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Keesokan harinya saya memainkan musik kolintang dengan
tangga nada pentatonis,tapi masih 'ngeyel' mencoba mengkombinasikan dengan
tranposisi-modulasi beragam nada dasar,supaya lebih sepadan dengan kemampuan
instrumen kolintang jaman now.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada saat memainkan kolintang dengan pentatonis
bermodulasi,ternyata tidak disetujui pak Franki Raden (pimpinan INO
),katanya:"itu karakter suara marimba,bukan kolintang",akhirnya saya
diminta untuk tetap memainkan dengan tangga nada pentatonis,tetapi dengan
tambahan nada tertentu supaya tidak terlalu ketara pentatonisnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Alhasil karakter kolintang yang "diterima"
terdengar seperti tangga nada Blues,supaya tidak terlalu blusukan ke dalam
Blues saya memberi penekanan ke nada tritonis(nada-nada kolintang kuno),dan
supaya ada kesan rintihannya saya mainkan bau-bau musik Maka'aruyen(Blues nya
orang Minahasa).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aroy.......<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
@kolintang Markus Sugi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Link:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/2015/05/17/filosofi-musik-minahasa/">https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/2015/05/17/filosofi-musik-minahasa/</a><o:p></o:p></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-34785413401096624942017-12-28T07:47:00.000-08:002017-12-28T07:47:09.119-08:00Kayu terbaik untuk bilahan Kolintang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3KOEHuPuadu2GiNw_yj2ObXqSu2FATYt423a2B0S3jOTQ1y-AKOuNZDixkSmtT6tNCBEzlQy6MoS1IgVw6vDJoe9cWTVt1-2Yvwg9eMuL8oT-6UCj6zHIQzzN65qZWI_tX0x-zfDFebtp/s1600/university.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="718" data-original-width="718" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3KOEHuPuadu2GiNw_yj2ObXqSu2FATYt423a2B0S3jOTQ1y-AKOuNZDixkSmtT6tNCBEzlQy6MoS1IgVw6vDJoe9cWTVt1-2Yvwg9eMuL8oT-6UCj6zHIQzzN65qZWI_tX0x-zfDFebtp/s320/university.jpg" width="320" /></a></div>
Selama melayani pembeli kolintang,saya sering menghadapi pertanyaan pertanyaan tentang perbandingan kwalitas suara bilahan kayu Waru dengan kayu lainnya,karena ada berbagai pendapat mengenai macam macam kayu yang paling baik untuk bilahan kolintang.<br />
Dengan catatan ini semoga dapat menjawab lebih detail alasan-alasan kami memilih kayu Waru untuk bilahan kolintang.<br />
<br />
Menurut penuturan Petrus Kaseke,sejak kecil secara tidak sengaja sudah bereksperimen dengan mencoba bermacam macam kayu untuk dibuat kolintang yang setelah selesai bermain-main dijadikan kayu bakar.<br />
Kakeknya yang bernama Leufrand Kaseke seorang tukang kayu di Ratahan,mengajarkan nama nama dari kayu yang dijumpai Petrus Kaseke kecil, antara lain yang cocok untuk bermain kolintang adalah kayu Tolor/Bandaran.<br />
Kayu Tolor/Bandaran menghasilkan suara yang merdu apabila dipukul,sayangnya sangat rapuh sehingga sulit disimpan dalam waktu yang lama.<br />
<br />
Setelah bermigrasi ke pulau Jawa,Petrus Kaseke memulai lagi pencariannya dalam melanjutkan hobby bermain kolintang,akhirnya didapati kayu yang ideal untuk memproduksi bilahan kolintang adalah kayu Waru dengan kwalitas bunyi yang mirip kayu Tolor,lebih awet dan mudah di dapat dipasaran,karena kayu Waru juga merupakan bahan material untuk bangunan rumah tinggal.<br />
Kesimpulan yang didapat setelah pencarian jenis jenis kayu yang baik untuk bilahan kolintang adalah kayu jenis-jenis kayu yang berserat lurus(tetapi tidak semua).<br />
<br />
Perkembangan di Sulawesi utara, kerabat Petrus Kaseke yang memproduksi kolintang juga pengrajin-pengrajin lainnya menggunakan bilahan kayu Cempaka,dengan kwalitas bunyi yang sedikit dibawah kayu Tolor/Bandaran tetapi lebih awet.<br />
Sedangkan di pulau Jawa suara bilahan kayu cempaka lebih jelek dibandingkan dengan kayu Waru ,hal ini mungkin karena kesulitan untuk mendapatkan kayu Cempaka yang berserat lurus,demikian sebaliknya di Sulawesi sulit untuk mendapatkan kayu Waru.<br />
<br />
Selain bereksperimen dengan kayu-kayu lunak yang disebutkan diatas,Petrus Kaseke juga mencoba kayu keras seperti kayu Sonokembang (rosewood)dan kayu yang untuk bilahan gambang gamelan.<br />
Kayu Rosewood adalah kayu yang di unggulkan pembuat alat musik Marimba (Xylophone) di luar negeri,dan ternyata diluar negeri juga terjadi berbagai pendapat untuk kayu yang ideal untuk bilahan alat musiknya ,rata rata mereka mengunggulkan kayu yang gampang dijumpai dimasing masing daerah mereka seperti kayu Padouk,Honduras Mahogany,African Walnut,Brazilian Cherry dan lain lain.<br />
<br />
Dalam eksperimen Petrus Kaseke membandingkan dengan kayu keras untuk bilahan kolintang,ternyata hasilnya kayu Waru tetap yang terbaik.Alat musik Marimba/Xylophone yang menggunakan kayu keras dapat terdengar dengung yang panjang itu karena pengaruh resonatornya yang berbeda dengan kolintang.Tidak dipungkiri nada nada kayu keras lebih tahan terhadap perubahan cuaca,oleh sebab itu Petrus Kaseke juga menggunakan bilahan kayu keras untuk bilahan acuan tuning selain menggunakan digital tuner. <br />
<br />
<br />
Suatu ketika kami berkesempatan untuk memperkenalkan kolintang pada universitas di Australia,terjadi diskusi tentang kwalitas suara kayu Waru.Kami dapat membuktikan dengan membandingkan bilahan xylophone yang tersedia disitu,tanpa resonator suara kayu waru lebih terdengar bagus terutama untuk nada nada rendah.Sedangkan untuk kekuatan dan keawetan yang diragukan orang Australia,karena menurut dia lebih baik kayu keras yang bahkan dapat dipakai untuk bantalan kereta api,kami dapat menjawab selama dipergunakan dalam ruang dan tidak dilindas kereta api,kayu Waru dapat bertahan lama.<br />
<br />
Dalam kesempatan lain,karena sudah mendapat penjelasan dari Petrus Kaseke tentang keunggulan suara kayu Waru,saya usulkan ke guru gamelan saya,agar bilahan gambangnya diganti dengan kayu Waru,yang dijawab oleh pak guru :"ojo keminter"(jangan sok tahu).<br />
Diterangkan kalau empu empu pembuat gamelan sudah mempunyai pertimbangan matang,karena mereka selain membuat suara gamelan dapat terdengar bagus oleh telinga,juga dirancang untuk dapat merasuk kedalam jiwa,sehingga dalam pemilihan bahan untuk membuat gamelan juga tidak sembarangan,bahkan mereka melakukan ritual puasa selama membuat gamelan.(wuih...lebih dalam lagi ilmunya 😃 ).<br />
<br />
Jadi kesimpulannya sulit untuk membandingkan secara obyektif kayu bilahan mana yang terbaik,kalaupun di voting ,pemenang votingnya adalah kayu yang disukai(karena dipilih oleh lebih banyak peserta voting),tetapi belum tentu kayu yang terbaik.<br />
<br />
#mana bisa selera di test di Laboratorium<br />
<br />
by : Markus Sugi<br />
http://www.kolintang.co.id<br />
<br />
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-48041347545477059282017-05-17T02:04:00.000-07:002017-05-17T02:04:22.571-07:00Kolintang vs Marimba<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="text-align: left;">Marimba adalah alat musik perkusi bernada dengan bilahan
dari kayu dan resonator pipa,yang banyak dipakai di luar negeri.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Penggunaan Marimba di Indonesia relatif sedikit ,dan biasanya
digunakan untuk pit instrument,yaitu instrument musik pada Marching Band yang
statis,tidak bergerak mengikuti baris berbaris.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Akhir akhir ini cukup banyak yang menjadikan Kolintang menggantikan
fungsi Marimba sebagai pit instrument.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Ulasan yang masuk akal tentang 10 Kelebihan kolintang
dibanding Marimba.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
1.Secara bentuk Kolintang yang menggunakan resonator kotak ,*<b>lebih mudah dibawa-bawa*</b> dibanding
dengan Marimba yang ,menggunakan resonator pipa .<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
2.Peti resonator Kolintang dapat menjadi tempat penyimpanan
untuk bagian kolintang yang lain ,antara lain bilahan,stick pemukul,atau peti
kolintang yang lebih kecil,jadi * <b>lebih ringkas*</b>,dibanding Marimba untuk
jumlah nada yang sama.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
3.Kolintang menggunakan sistim replacable bar(bilahan yang
dapat di gonta ganti),sehingga *<b>lebih
flexible*</b> dibanding Marimba yang menggunakan sistim fixed,untuk lebih
mudah untuk memainkan lagu dan lebih
luas penggunaannya karena bilahannya dapat diganti dengan bilahan yang non
standar tuning musik barat,misalnya untuk memainkan lagu tradisional.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
4.Kolintang menghasilkan suara yang yang *<b>tidak kalah nyaring*</b> dibanding dengan
Marimba.Sebagai alat musik yang berasal dari kentongan akan terdengar dari
kejauhan walaupun tanpa pengeras suara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
5.Kolintang menggunakan sistim Salome ,satu lobang resonator
untuk rame-rame banyak nada(bilahan),sedangkan marimba satu resonator pipa utk
satu bilahan.<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9bXXOWudmR0M_boZ5tczYM8psONTar-kNJMasouaHMO2wpqwJ26WPJ1tiSUMsVseH7b4WiXbnciwnkEyQ-DLR5_AyopVUMUw_eVQ2FBATDJBUZ92PPZcU0XDDxuSFZy40_a8aB5SFoa49/s1600/ribet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="130" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9bXXOWudmR0M_boZ5tczYM8psONTar-kNJMasouaHMO2wpqwJ26WPJ1tiSUMsVseH7b4WiXbnciwnkEyQ-DLR5_AyopVUMUw_eVQ2FBATDJBUZ92PPZcU0XDDxuSFZy40_a8aB5SFoa49/s200/ribet.jpg" width="200" /></a></div>
Dengan satu resonator pipa untuk satu bilahan diharapkan akan mendapatkan suara yang maksimal untuk masing masing nada,tetapi ternyata untuk menghasilkan suara yang terbaik,pemain Marimba harus menyesuaikan dengan berjenis-jenis pemukul(mallet) yang cocok untuk tiap-tiap bilahan Marimba.Dibanding dengan Marimba ,kolintang <b>lebih <span style="background: yellow;">p</span>raktis</b> karena cukup memilih pemukul yang secara rata rata cocok untuk semua nada.<br />
<div class="MsoNormal">
6.Kolintang menghasilkan nada lebih pendek dibanding dengan
Marimba,tetapi ini adalah *<b>ciri khas *</b>bukan
kekurangan,perpanjangan dengung dari Marimba bukan asli suara kayu melainkan
suara dari pipa resonator yang ujungnya diberi membrane,meskipun kami mempunyai
pengalaman dengan resonator pipa (angklung menggunakan resonator bambu sebagai
pipa),kami lebih memilih mempertahankan ciri khas suara kayu,lagi pula suara
yang pendek dapat diatasi dengan teknik memukul sambil menggetarkan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
7.Harga Kolintang *<b>lebih
murah*</b> dibanding Marimba,perbandingan saat ini 1 Marimba seharga +/- 10
instrument kolintang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
8.Kolintang memiliki *<b>rentang
nada yang lebih panjang*</b> dibanding Marimba ,nada tertinggi kolintang sama
dengan nada tertinggi Marimba,tetapi nada terendah Bass Kolintang lebih rendah
dari pada Marimba.Sebetulnya Marimba memiliki Bass yang rendah juga( namanya
Marimba Eroica) tetapi dikarenakan tidak praktis dengan sistim satu resonator
satu bilah ,maka Marimba dengan nada terendah sudah masuk museum.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
9.Kolintang *<b>lebih
luas penggunaannya*</b> dibandingkan dengan Marimba,karena Kolintang lebih
sering dimainkan berkelompok dibanding kelompok marimba meskipun masing masing
dapat bermain sendiri sendiri(solo).Pernah tercatat dalam Guiness World Record
,permainan kolintang dengan >2000 pemain.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
10.Kolintang *<b>lebih
exotic*</b> dibanding dengan Marimba,kemungkinan di buat karya seni lebih luas,karena
semua bagiannya terbuat dari kayu
,sehingga dapat diukir,dibatik atau
finishing lainnya yang bernilai seni .<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Semoga dengan ulasan di atas kita dapat berbangga dengan
kolintang dan kita dapat memahami bahwa alat musik Indonesia tidak kalah bagus
dengan produk luar negeri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
By: @kolintang<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-13801686153902234592016-03-27T01:30:00.000-07:002016-03-27T01:30:06.680-07:009 Salah kaprah tentang Kolintang dan Penjelasannya .<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeaOfIxES5DgbyFuPTMVzi_aH9QhxOoqTjVdjpkSCnnLznxLO1dU9_LBTyPVigOdhtNePQTFx4kv5pi5BiwoWlLADYjgTuta-AXIVRKymDZS9-GhTyamglEsLG-bm-8pudeoFGPDUXTozr/s1600/kolintangPetrusKaseke.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeaOfIxES5DgbyFuPTMVzi_aH9QhxOoqTjVdjpkSCnnLznxLO1dU9_LBTyPVigOdhtNePQTFx4kv5pi5BiwoWlLADYjgTuta-AXIVRKymDZS9-GhTyamglEsLG-bm-8pudeoFGPDUXTozr/s320/kolintangPetrusKaseke.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; mso-pagination: none; text-align: center; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="id">1.Belajar bermain kolintang itu sulit.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
K<span lang="id">olintang termasuk </span>golongan <span lang="id">alat musik perkusi.Perkusi
adalah alat musik yang paling primitif</span> dan paling
mudah dimainkan<span lang="id"> oleh manusia.</span>Dibanding belajar
alat musik yang ditiup-tiup atau yang disentil sentil dengan jari,kolintang
lebih mudah untuk dipelajari.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="id">2. Instrument kolintang harus dima</span></b><b>i</b><b><span lang="id">nkan bersama-sama dalam satu </span></b><b>set (</b><b><span lang="id">group</span></b><b>)</b><b><span lang="id">.</span></b><b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Kolintang adalah alat musik yang dapat
dimainkan secara solitaire (sendirian),karena sudah lengkap memiliki fungsi
melodis,harmonis maupun ritmisnya didalam satu buah instrument kolintang.<br />
Asal mula kolintang adalah kentongan (tetengkoren) yang selain untuk mengiringi
tari-tarian juga dapat untuk membunyikan tanda bahaya misalnya ada
pencuri.kalau misalnya ada pencuri lalu kita harus mencari teman untuk
membunyikannya bersama-sama ,tentu pencurinya keburu kabur. <span style="font-family: Wingdings; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span> <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="id">3.</span></b><b>Kolintang</b><b><span lang="id"> melody lebih
susah dimainkan dibanding </span></b><b>kolintang</b><b><span lang="id"> pengiring atau bas.</span></b><b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Instrument kolintang mulai dari
melody,alto,tenor,cello,bas pada dasarnya adalah sama ,hanya dibagi-bagi
berdasarkan tinggi rendahnya nada.Untuk membayangkan seperti alat musik piano
standar 7 oktaf,yang dibagi-bagi menjadi beberapa piano pendek masing-masing
3,5 oktaf dan 2 oktaf,atau seperti kalau kita memotong singkong menjadi
beberapa bagian, potongan pangkal singkong yang besar maupun potongan ujung
yang kecil rasanya sama saja.Jadi kalau kita menguasai instrument melody
kolintang,maka kita dengan mudah menguasai instrument kolintang yang lainnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="id">4.Kolintang </span></b><b>adalah</b><b> <span lang="id">alat
musiknya ibu</span></b><b>-</b><b><span lang="id">ibu</span></b><b>.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Pada awalnya kolintang berkembang dengan
pesat di pulau jawa,karena dapat dijadikan kegiatan selingan untuk kegiatan
perkumpulan arisan,dharmawanita,kegiatan keagamaan atau organisasi lainnya yang
kebetulan anggotanya banyak ibu-ibu serta gaung aktifitasnya lebih terdengar dimasyarakat.Sebetulnya
lebih banyak anak-anak muda yang bermain musik menggunakan alat musik kolintang,bahkan di daerah asal
kolintang( Minahasa )lebih sulit menemukan group kolintang ibu-ibu dibandingkan
group musik kolintang anak-anak muda.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>5</b><b><span lang="id">.Belajar kolintang membosankan.</span></b><b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Kolintang adalah alat musik perkusi
bernada,seperti umumnya alat musik perkusi ( drum,jimbe,cajon,tabla) yang dapat
membuat penggemarnya kecanduan,sekali kita terpesona dan kesengsem dengan pola
ritmisnya,maka sampai kapanpun kita tidak dapat berhenti untuk mendengar atau
memainkannya.Sebagai alat musik bernada,mirip dengan piano dimana penggemarnya
tahan bermain berjam-jam tanpa berhenti.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>6.Kolintang terbuat dari bambu.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Banyak orang yang tertukar pengertiannya
tentang kolintang dan angklung ,karena kedua alat musik tersebut sering
dimainkan bersama,selain itu ada produsen yang selain pembuat kolintang juga pembuat
angklung.Penjelasannya adalah kolintang terbuat dari kayu,sedangkan angklung
terbuat dari bambu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>7.Cara membuat kolintang semudah memakukan bilah-bilah kayu diatas
kotak sabun.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk membuat alat musik yang berkualitas
baik tidak mudah ,karena kita harus memperhatikan kualitas bahan,tuning nada
yang tepat,ukuran bilah kayu,ukuran dan bentuk peti resonansi serta peletakan
bilah-bilah kayu tersebut.Di salah satu musium alat musik di Indonesia,ada
benda yang diberi label kolintang,rupanya dibuat oleh tukang kayu yang
mendapatkan order membuat kolintang dan meniru bentuk kolintang dari gambar
yang dia lihat.Untuk di tonton pengunjung mungkin cukup memenuhi syarat,tetapi
tidak dapat dibunyikan sebagai alat musik,bahkan nyaris tidak berbunyi. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>8</b><b><span lang="id">.Kolintang mahal harganya.</span></b><b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Mahal atau murah relatif tergantung
kualitas dan alat musik pembandingnya,untuk alat musik yang sejenis dengan
kolintang seperti xylophone.marimba yang diproduksi di luar negeri ,kolintang
jauh lebih murah.Bahkan sekarang sudah banyak yang menggantikan xylophone/marimba
yang merupakan <b><i>pit instrumentnya</i></b>
marching band dengan ‘kolintang modifikasi’ karena lebih murah. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>9</b><b><span lang="id">.Kolintang adalah alat musik tradisi</span></b><b>onal</b><b><span lang="id"> yang kuno.</span></b><b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
Kolintang adalah alat musik tradisional
tetapi sudah <i>ber evolusi menjadi alat
musik modern</i> yang keren dengan
susunan nada yang chromatic,bahkan sudah mulai dikembangkan untuk menghasilkan
bunyi-bunyian digital seperti drum elektrik. Penggemar-penggemar kolintang
sekarang banyak yang memodifikasi tampilannya dengan finishing
airbrush,decoupage paper atau finishing lainnya yang ‘up to date’.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>@kolintang<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-47532962443682744132015-10-31T02:52:00.000-07:002015-10-31T02:52:08.247-07:00Karakteristik Kayu Bilahan Kolintang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
Pada <span lang="id">awal produksi</span> Kolintang
di pulau Jawa,Petrus Kaseke mengalami keterbatasan modal karena statusnya yang
masih mahasiswa di UGM Yogyakarta
,sehingga cara mendapatkan bahan baku kayu kolintang dengan menawarkan jasa
memangkas segala jenis pohon secara gratis kepada pemilik pemilik rumah yang
mempunyai pohon rindang dan memanfaatkan
hasil pangkasannya untuk membuat kolintang<span lang="id">.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
D<span lang="id">engan berkembangnya </span>musik <span lang="id">kolintang</span> di pulau jawa, yang mempengaruhi penghasilan dari usaha kolintang<span lang="id">,</span><span lang="id"> </span><span lang="id">Petrus Kaseke </span>mempunyai modal untuk <span lang="id">mengadakan riset dan survey untuk memilih kayu </span>yang ideal untuk dibuat bilahan kolintang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Berbagai macam kayu dicoba untuk
mendapatkan kayu bilahan kolintang yang ideal, selain kayu yang ada di pulau
Jawa,Petrus Kaseke juga mencoba jenis jenis kayu dari luar pulau.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Khusus dari Minahasa bukan hanya kayunya,
bahkan pengrajin pengrajinnya didatangkan ke Jawa tengah untuk membantu
produksi. <o:p></o:p></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrMYqS0usLDBcUtXXhBoWKVVz4-ivyJ_NTRXqash_jN8PKb8qTL_Kcp0wXIZnm9htltqRwjBSFcxvp9XbKKWIfHTKGaxV1DYOnLULbzmM2T86f07lhxnC3pE9Jz1N3QqXFKM6noR050WRu/s1600/welly.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrMYqS0usLDBcUtXXhBoWKVVz4-ivyJ_NTRXqash_jN8PKb8qTL_Kcp0wXIZnm9htltqRwjBSFcxvp9XbKKWIfHTKGaxV1DYOnLULbzmM2T86f07lhxnC3pE9Jz1N3QqXFKM6noR050WRu/s400/welly.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama pengrajin kolintang dan pemain kolintang Minahasa th80an</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Beberapa kayu yang dicoba antara lain,<span lang="id">kayu sono</span> (Dalbergia/Rosewood)yang sering dipakai sebagai kayu bilahan
marimba,kayu kelapa,kayu aren, <span lang="id">kayu</span>-kayu <span lang="id">yang </span>ada di <span lang="id">Minahasa </span> antara lain kayu <span lang="id">cempaka,bandaran,wenang(benuang),kayu tolor</span> serta kayu Waru dari pulau Jawa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Kesimpulan dari riset dan survey tersebut
,p<span lang="id">ada dasarnya </span>semua <span lang="id">kayu yang padat </span>akan <span lang="id">menghasilkan </span>bunyi yang hampir sama , jadi tidak dapat dipilih kayu ideal untuk
alat musik kolintang berdasarkan warna(ciri khas) suaranya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Kayu yang berserat lurus,</span>lebih<span lang="id"> mudah </span>untuk dijadikan bilahan dan di laras (<span lang="id">tuning</span>/<span lang="id">stem)</span>,dibanding dengan yang seratnya bengkok atau bermata kayu.Kayu yang
lebih padat atau keras lebih mudah menghasilkan nada yang lebih tinggi.<span lang="id">Warna suara </span>selain ditentukan dari jenis kayu ,<span lang="id">juga dite</span>n<span lang="id">tukan oleh resonator</span> dan bahan pemukulnya (mallet /sticks).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dari kesimpulan di atas akhirnya ‘untuk
produksi di pulau Jawa’ dipilih kayu Waru karena:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
1)Dapat menghasilkan ambitus(rentang
nada) yang lebar .<br />
2)Tersedia bahannya untuk di produksi secara massal,karena kayu Waru juga
merupakan jenis kayu bahan bangunan di Jawa Tengah.<br />
3)Memenuhi standar persyaratan kekuatan dan keawetan kayu.<br />
4)Tidak terlalu keras sehingga mudah dibentuk ,tetapi tidak terlalu lembek.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sebetulnya hal yang lebih penting bukan
jenis kayu,tetapi sebagai alat musik tentunya lebih ditekankan nada instrument
tersebut agar selaras(tidak fals),dan supaya selaras nadanya harus di stem
(tuning ) dengan benar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Dalam kurun waktu 50 tahun memproduksi kolintang,sudah </span>banyak alat musik yang <span lang="id">di</span>laras (<span lang="id">stem</span>/<span lang="id">t</span>u<span lang="id">ne) oleh Petrus kaseke,baik instrument </span>musik yang <span lang="id">baru</span> dibuat<span lang="id"> maupun instrument yang di tuning ulang.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Dari pengalaman melaras ‘jutaan’ nada
,Petrus Kaseke memberikan tips untuk melaras (tuning)kolintang yang efisien dan
efektif sebagai berikut:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>1.Mengerti menggunakan alat Tuning
(Tuner).</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Pada masa belum ada tuner elektronik
,nada kolintang di laras dengan membandingkan (patokan) nada yang didengar dari
garputala,sehingga diperlukan keahlian membandingkan nada dengan pendengaran.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sekarang sudah ada tuner elektronik dan
komputer yang memudahkan proses tuning, karena untuk melaras nadanya sudah
menggunakan indra penglihatan ,yang melihat kesesuaian nada pada layar alat
tuner,meskipun demikian sampai saat ini alat tuner yang ada dipasaran ‘belum
sempurna untuk melaras kolintang’ dengan benar terutama untuk nada nada tinggi
sehingga tidak dapat mempercayakan ketepatan laras nadanya dengan indra
penglihatan saja ,masih diperlukan check ulang dengan indra pendengaran.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>2.Memahami kondisi dan sumber kayu
Bilahan Kolintang.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk melaras nada kolintang harus
mengetahui sumber bahan yang akan dilaras ,kalau kayunya masih berkadar air
tinggi (diatas 15%),maka tidak lama nadanya akan berubah setelah kadar airnya
menyesuaikan kondisi sekitarnya.Kalau kayu kolintangnya dari sumber yang
berbeda,kemungkinan kadar airnya bervariasi yang menyebabkan perubahan nadanya
tidak seragam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>3.Memperhitungkan kondisi saat menyetem
kolintang (musim kemarau ,musim penghujan,atau lainnya).</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Secara alamiah nada kolintang akan
berubah ubah tergantung cuaca,pada musim kemarau nada akan naik dan pada musim
penghujan nada akan turun.Perubahan nada karena cuaca berlaku untuk banyak alat
musik (kecuali alat musik digital),bahkan produsen xylophone belum dapat
menghasilkan instrument yang stabil
nadanya terhadap cuaca,meskipun sudah bereksperimen mengganti bilahannya dengan
bahan sintetis.Disini kita harus menyiasati agar sesedikit mungkin bilahan yang
dilaras karena perubahan cuaca,karena kalau terlalu sering dilaras selain
membuang banyak energi ,bilahan kolintang akan habis mengingat cara melarasnya
adalah memotong pendek atau menipiskan kayu bilahannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>4<span lang="id">.</span>Menggunakan s<span lang="id">tandar tuning A=440 </span>dan<span lang="id"> A=442</span></b><span lang="id"> </span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Seperti yang kita ketahui standar tuning
alat musik disesuaikan dengan frekwensi nada A=440 Hertz ,tetapi ada juga yang
menggunakan standar frekwensi nada A=442 Hertz.Pada kenyataannya hanya
telinga-telinga yang terlatih saja yang dapat membedakan selisih nada 2 Hertz
tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Memperhatikan point-point diatas ,Petrus
Kaseke melaras bilahan kolintang menggunakan
2 macam standar tuning yang disesuaikan dengan kondisi cuacanya
contohnya pada musim kemarau dilaras dengan standar A=440 sehingga pada saat musim
penghujan nada akan naik .<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan pemilihan sumber kayu dan kadar
air yang sama,bilahan kolintang akan naik nadanya secara merata ,sehingga
Petrus Kaseke hanya melaras beberapa bilahan-bilahan yang bandel.Dengan
berjalannya waktu bilahan bilahan bandel tersebut sudah dapat menyesuaikan diri
dengan cuaca sehingga semakin sedikit bilahan bilahan yang harus dilaras ulang
karena kondisi cuaca yang berubah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Strategi tuning di atas cukup efektif
,sebagai suatu bukti Group Musik Indonesian National Orchestra yang mana
anggota-anggotanya menggunakan alat musik dari berbagai daerah di Indonesia
,menggunakan kolintang Petrus kaseke sebagai patokan penyeragaman laras untuk alat
alat musik yang lain,kalau nadanya fals dan tidak stabil tentu tidak dipercaya
sebagai patokan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
@kolintang<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-58311259206710045972015-10-06T01:54:00.000-07:002015-10-06T02:06:19.881-07:00Tips memilih (alat musik) angklung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
Beberapa tahun terakhir sedang trending seminar seminar yang menjadikan
angklung sebagai alat bantu (peraga)nya dimana pesertanya mendapat sebuah
angklung di akhir seminar ,hal ini membuat kami sering mendapatkan pesanan
mendadak dalam jumlah yang besar,tetapi sayang sekali kami lebih sering menolak
pesanan tersebut karena biasanya kami diberi waktu yang sangat sempit untuk
mempersiapkan barangnya,padahal bambu memerlukan waktu untuk proses
pengeringan,dan kami tidak bersedia menjualnya kalau bambunya belum
kering,karena nadanya belum stabil.</div>
<h3 style="text-align: left;">
<span lang="id">Dibawah ini adalah Tips memilih angklung untuk dijadikan sebagai alat
musik yang baik.</span></h3>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: left;">
<b>1.<span lang="id">Pemilihan jenis bambu</span> yang tepat.</b></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Dari ratusan jenis bambu ,hanya beberapa jenis yang cocok untuk bahan
alat musik angklung,diantaranya bambu hitam yang bersuara nyaring dan bulat ,sedangkan
bambu kuning bersuara nyaring tetapi agak getas (cempreng). </span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>2</b><span lang="id"><b>.Bambunya harus cukup kering</b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Untuk mendapatkan nada yang konstan,kalau
bambunya belum cukup kering ,maka nadanya akan berubah (fals) setelah bambunya
mengering.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b>3</b><span lang="id"><b>.Bambunya harus diawetkan</b> </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Supaya tidak dimakan serangga ( ada beberapa
jenis pengawetan mulai yang tradisionil sampai yang menggunakan bahan kimia).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b>4.Ukuran lubang tumpuan tabung bambu
angklung yang tepat.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sisi sisi lubang tumpuan tabung berfungsi
sebagai pemukul angklung,kalau jaraknya terlalu pendek tidak menghasilkan
pukulan yang keras sehingga kurang nyaring suaranya,tetapi kalau jarak lubang
terlalu panjang,angklungnya tidak dapat digetarkan dengan baik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>5.Bunyi nadanya pada frekwensi
yang tepat ,tidak fals.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Nada angklung dihasilkan dari bilah tabung
bambu yang beradu dengan sisi sisi lubang tumpuan tabung bambu sehingga
menghasilkan suara dari getaran lateral,sama halnya dengan bilah
marimba/kolintang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk mendapatkan nada tinggi caranya
dengan meruncingkan ujung tabung bambu, karena semakin pendek bilahnya semakin
tinggi nada yang dihasilkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk mendapatkan nada rendah caranya
dengan menipiskan bagian tengah bilah tabung bambu,karena semakin tipis bilahnya
semakin rendah nada yang dihasilkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b>6.Ukuran tabung resonator yang sesuai.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Pengrajin angklung pada umumnya sudah
mempunyai patokan (tabel) yang berkaitan dengan nada ,diameter tabung dan
panjang lubang tabung (tinggi silinder),sehingga mereka dapat memotong bambu
sesuai dengan nada yang di inginkan berdasarkan tabel(rumus perbandingan nada,diameter dan tinggi silinder).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Karena dihasilkan oleh alam ,diameter
tabung bambu tidak selalu sama antara ujung yang satu dengan ujung yang
lain,selain itu tinggi dalam tabung sulit diukur dengan akurat,sehingga nada
yang dihasilkan dengan cara melihat tabel tidak selalu tepat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk mendapatkan nada yang tepat harus
di tuning ulang,disamakan nadanya dengan nada yang dihasilkan oleh getaran
lateral bilah tabung bambu.untuk membuat nada lebih tinggi dilakukan dengan
memotong / memperpendek tabung bambu,sedangkan untuk membuat nada lebih rendah
karena tidak dapat memperpanjang tabung bambu yang sudah jadi angklung,maka diatasi
dengan menyambung tabung bambu dengan silinder kertas tebal(karton) yang dilem
kebagian dalam tabung bambu sehingga tabung tersebut menjadi panjang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Kalau frekwensi nada 'bilah tabung’ dan ‘silinder
tabung’ sudah di tuning sama ,maka akan terjadi <b>resonansi</b> yang membuat bunyi
angklung menjadi nyaring.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sering pemain angklung yang tidak mengerti kegunaannya ,akan melepas
silinder kertas karton yang menyebabkan suara angklungnya berubah nadanya.<o:p></o:p></div>
<h4 style="text-align: left;">
<b>Tidak semua pengrajin angklung
memperhatikan 6 point diatas,penyebabnya karena :</b></h4>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
-Tidak mengetahui teknik membuat alat
musik yang bagus<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
-Kurang kontrol kualitas <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
-Lebih mementingkan mengejar omset,
sehingga mereka memproduksi angklung dengan bambu yang belum cukup kering<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
membutuhkan waktu , modal yang cukup untuk menyimpan bahan baku dan pengetahuan
serta pengalaman sebagai pengrajin alat musik.<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaCeTnhtp5GPW-LBAL6B_6AcfcameXhB0JUj-r_ujYptWyh9QQkg3zdmszyhLo557xenXjNkK49MrSz2ArNTcoOPjA8vrb4lHG3Bof1Axec8DoO6bcxA03T00BohyfefKdDtJayJtaRUZ8/s1600/ruangangklung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaCeTnhtp5GPW-LBAL6B_6AcfcameXhB0JUj-r_ujYptWyh9QQkg3zdmszyhLo557xenXjNkK49MrSz2ArNTcoOPjA8vrb4lHG3Bof1Axec8DoO6bcxA03T00BohyfefKdDtJayJtaRUZ8/s320/ruangangklung.jpg" width="241" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Selain hal diatas kami juga seringmenerima keluhan calon pembeli souvenir
angklung,yang membandingkan harga kami lebih mahal daripada harga penjual
penjual souvenir angklung ditempat tempat wisata,</span>yang <span lang="id">sudah murah
harganya,masih ada hiasan ukir ukirannya lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
K<span lang="id">ami jelaskan </span>itu disebabkan
karena<span lang="id">,kami menjual
alat 'musik angklung' , kalaupun akan dijadikan souvenir ,kami tetap
mengutamakan <b>fungsi</b> <b>alat</b> <b>musik</b> dari souvenir kami.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: x-small;">By @angklung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-6154689211290364662015-09-25T01:53:00.004-07:002015-09-25T01:59:04.414-07:00Tips membeli kolintang secara satuan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;">
<span lang="id"><span style="font-family: inherit;">Selain pembeli kolintang secara per set untuk 5 pemain sampai 10 pemain
,banyak pembeli yang hanya membeli satuan antara 1 instrument sampai 3
instrument kolintang.</span></span></div>
<span lang="id"><span style="font-family: inherit;">Dibawah ini
beberapa tujuan mereka membeli satuan dan model instrument yang dibeli ,sebagai
bahan pertimbangan bagi yang masih bingung memilih jenis instrument yang akan
dibeli.</span></span><br />
<br />
<h3 style="text-align: left;">
<b><span style="line-height: 115%;"><span style="font-size: small;">A.</span></span></b><b><span lang="id" style="line-height: 115%;"><span style="font-size: small;">Instrument Melody</span><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></span></b></h3>
<div class="MsoNormal">
</div>
<h4 style="text-align: left;">
<b><span lang="id">Melody Type KM-3500 atau sebutan </span></b><span lang="id">Minahasanya<b> INA ,</b></span></h4>
<div style="text-align: left;">
<span lang="id"><span style="font-family: inherit;">Type ini sudah
memenuhi standar minimal range yaitu 3 1/2 oktaf (C3-F6) untuk orkestra
marimba/xylophone ,sesuai dengan Britannica Encyclopedia</span></span></div>
<span lang="id"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span lang="id"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY8hYsqAUEY3GbINVrP6NaL6BP5JyqbYbPmAZAET3e7QQ8vmv4zt7m7zLBb4qrGjv1VZB62zdlgUrjJkea4fw6L2ynCc6BaaYXsFhKPSwhCqpUyLC90rHtdNWVL5ouKJCLqdMuum86oD9P/s1600/ORCHESTRALMARIMBA.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY8hYsqAUEY3GbINVrP6NaL6BP5JyqbYbPmAZAET3e7QQ8vmv4zt7m7zLBb4qrGjv1VZB62zdlgUrjJkea4fw6L2ynCc6BaaYXsFhKPSwhCqpUyLC90rHtdNWVL5ouKJCLqdMuum86oD9P/s400/ORCHESTRALMARIMBA.jpg" width="400" /></a></span></div>
<span lang="id">
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Umumnya pembeli memilih instrument ini untuk berkolaborasi dengan
instrument musik lainnya,atau pemain melody kolintang yang ingin lebih sering
melatih skill permainannya.<o:p></o:p></span></div>
</span><br />
<h4 style="text-align: left;">
<b><span lang="id">Melody Type Wangko Pro L(arge) , atau sebutan </span></b><span lang="id">Minahasanya<b> Wangko,<o:p></o:p></b></span></h4>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="id" style="line-height: 115%;">Type
ini dinamakan juga melody Alto yang nadanya lebih rendah dari melody INA.</span><span lang="id" style="line-height: 115%;">
Standar Nasional lomba kolintang untuk wangko adalah 3 oktaf</span><span style="line-height: 115%;">(sesuai
lokakarya Cisarua 2013)</span><span lang="id" style="line-height: 115%;"> ,tapi kami buat menjadi 3 1/2 oktaf agar </span><span style="line-height: 115%;">sekaligus
</span><span lang="id" style="line-height: 115%;">memenuhi
standar Internasional marimba/xylophone untuk orkestra </span><span style="line-height: 115%;">,</span><span lang="id" style="line-height: 115%;">dengan
ra</span></span><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">nge (E2 -
A5).</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 11pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAi9y1wdlmm3tvRtlSQdN-du6C0YafeaJDKD1BpQt5pImtWThoKYpKWmq7NNMQ0MnaobQx3WEeNsnrzK1mJG6P6CIvCwv32yh6O6DrdnjsdvGA7gqTPCaEJd8UZleOhrISJRAwyh7woAmC/s1600/wangko.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="303" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAi9y1wdlmm3tvRtlSQdN-du6C0YafeaJDKD1BpQt5pImtWThoKYpKWmq7NNMQ0MnaobQx3WEeNsnrzK1mJG6P6CIvCwv32yh6O6DrdnjsdvGA7gqTPCaEJd8UZleOhrISJRAwyh7woAmC/s400/wangko.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="id">Kelebihan dari Type Wangko Pro L adalah susunan nadanya yang mirip
dengan Grand staff dari notasi balok mulai dari spasi paling bawah hingga spasi
paling atas.</span><span lang="id">Kelebihan lain dari Type Wangko Pro L adalah kemudahan untuk menyambung
nada,sehingga bisa dimodifikasi menjadi type KM-4</span>8<span lang="id">00 ,dengan range hampir 5
oktaf (E2-C7) ,sudah setara dengan profesional marimba.Dengan range yang cukup
lebar </span>,<span lang="id">memungkinkan KM-4</span>8<span lang="id">00 dimainkan oleh lebih
dari satu pemain.<br /><o:p></o:p></span><span lang="id">Type melody diatas banyak diminati oleh group marching band, sekolah
sekolah musik luar negeri (atau sekolah Indonesia yang berorientasi
internasional).</span></span></div>
<h3 style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><b style="line-height: 115%;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-size: small;">B. </span></span></b><b style="line-height: 115%;"><span lang="id" style="line-height: 115%;"><span style="font-size: small;">Instrument pengiring.</span></span></b></span></h3>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="id">Pembeli </span>yang <span lang="id">memilih instrument ini mempunyai bermacam
macam </span>alasan:<br />
Bagi k<span lang="id">olektor alat
musik </span>(<span lang="id">dari Korea ,Spanyol juga dari Indonesia</span>)<span lang="id"> untuk simbolisasi
memiliki alat musik tradisional dari Indonesia dan sengaja memilih model yang
petinya tidak bersusun jenis Alto/Tenor/Cello supaya lebih berkesan ethnic.</span><br />
<span lang="id">Untuk pemain
musik dari jawa barat memilih Alto karena susunannya mirip dengan Arumba 2
oktaf yang dapat difungsikan pula sebagai melody.<br />
Untuk sebagian pemusik lainnya memilih tenor / cello untuk pengganti rithem
karena mereka sudah memiliki instrument melody (suling,sasando dll).<br />
Pembeli Bas kolintang umumnya untuk melengkapi nada rendah dari instrument lain
yang tidak dapat mencapai nada-rendah seperti group angklung,group musik tiup
dan juga group alat musik akustik bersenar (dawai) menggantikan Doubel Bas
gitar.</span></span><br />
<span lang="id"><br />
</span></div>
<h3 style="text-align: left;">
<b><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">C. </span></span></b><b><span lang="id" style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit; font-size: small;">Instrument Pesanan khusus</span><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></span></b></h3>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;"><span lang="id">Selain instrument kolintang standar , ada pemesan kolintang untuk anak
anak </span>atau group perkusi <span lang="id">dengan tangga nada natural,juga pemesan dengan
nada nada pentatonis menggantikan gambang,atau kelintang jambi,ada juga yang
memesan </span>kolintang <span lang="id">tanpa finishing kotak resonatornya</span>,<span lang="id"> karena akan
diukir sendiri </span>,finish batik <span lang="id">atau di finish air brush.</span>Akhir akhir ini banyak pertanyaan dari orang yang akan<span lang="id"> membeli kolintang untuk
dibuat eksperimen</span>,semacam <span lang="id">kolintang yang mengeluarkan suara-suara Midi </span>drum atau suara yang bukan kolintang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="id"><span style="font-family: inherit;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: inherit;">Jaman berubah sangat pesat ,sehingga yang
tradisionilpun ikut berevolusi.</span></div>
<span lang="id"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: xx-small;">By : @kolintang</span><o:p></o:p></span><br />
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-42893794498459279102015-09-04T22:00:00.000-07:002015-09-04T22:00:35.981-07:00Perkusi bernada (marimba,xylophone,Vibraphone,KOLINTANG)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Link ini<b> <a href="https://www.youtube.com/watch?v=FSDTQXK9jds">https://www.youtube.com/watch?v=FSDTQXK9jds</a></b></span><b><span lang="id"> </span></b><span lang="id">adalah video pemain perkusi bernada memainkan lagu klasik yang
temponya cepat, The flight of the bumble
bee (arr by Rachmaninoff).</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Lagu tersebut </span>juga <span lang="id">dapat dimainkan oleh instrument kolintang,kami sudah pernah mencobanya
meskipun belum lancar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
P<span lang="id">erkusi bernada juga sering dimainkan dalam group musik jazz</span>.<br />
Kami pernah pameran instrument kolintang pada stand Kementrian Perdagangan di
acara Java Jazz dan melihat pemain dari luar negeri mendemontrasikan kepiawaian
bermain Jazz pada alat musik kolintang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Kenapa di Indonesia belum muncul
pemain perkusi bernada yang handal dan terkenal
sekelas Indra Lesmana (pada piano) , Gilang Ramadhan (drummer),atau Dewa
Budjana (gitaris) ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span lang="id">Ada beberapa</span></b><b><span lang="id"> </span></b><b><span lang="id">alasan sebagai
berikut:<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">1)Masih jarang yang memiliki perkusi bernada
(Marimba,xylophone,kolintang) secara perorangan ,umumnya alat musik diatas
dimiliki oleh kelompok Marching Band,universitas jurusan musik, atau kelompok
kelompok organisasi tertentu.<br />
Mengenai kepemilikan alat <b>memang perlu</b>
karena kalau kita tidak melatih
penjarian pada piano/gitar atau rudiment pada perkusi maka kita tidak dapat bermain dengan
lancar dan kemampuan musik kita tidak berkembang.<br />
Bisa membayangkan apa jadinya kalau Indra,Gilang atau Dewa Budjana tidak
memiliki instrument musik?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">2)Tidak diajarkan di kursus kursus musik seperti halnya : Piano,Organ,Gitar
,yang </span>mempunyai<span lang="id"> tingkatan tingkatan (grade)keahliannya, dari
pemula sampai ke tingkat mahir.<br />
Di Indonesia sebetulnya ada pengajaran perkusi bernada dimana muridnya di test
secara perorangan untuk dapat lulus</span>,<span lang="id"> seperti di beberapa
sekolah internasional yang saya lihat tetapi masih pada </span>pelajaran<span lang="id"> dasar.</span>(sebagai contoh di sekolah internasional
Pelita harapan Karawaci)<span lang="id"><br />
Berbeda dengan diluar negeri 'perkusi bernada' ada level (grade)nya bahkan
diajarkan secara spesifik sampai ke tingkat universitas,sehingga merekapun
rajin berlatih dirumah.<br />
Kalau kita ketik kata kunci 'marimba practice' maka akan keluar alat musik
marimba yang tanpa kotak resonator,itu cuman dummy hampir tidak berbunyi dan <b>harganya tiga kali lipat</b> harga
kolintang melody</span>.M<span lang="id">ereka yang tahu </span>harga dan kwalitas <span lang="id">lebih suka membeli
kolintang melody dari Indonesia yang murah dan pasti berbunyi nyaring.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXzDN49MvZbW_q9GqWx8wSWvhFSrmoxvCbpIscdlNIwmXbNoqWIBbq8f0vR0XBCq7KojemC-T3uiT0nzgNvB6AU97rGoBHrJenwtbTzU4ePTIKUQlz6Eff8UhsTN6mGvzp7M8z8SqsTvZU/s1600/marimba-practices.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXzDN49MvZbW_q9GqWx8wSWvhFSrmoxvCbpIscdlNIwmXbNoqWIBbq8f0vR0XBCq7KojemC-T3uiT0nzgNvB6AU97rGoBHrJenwtbTzU4ePTIKUQlz6Eff8UhsTN6mGvzp7M8z8SqsTvZU/s400/marimba-practices.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">3)Kendala orang Indonesia pada umumnya dalam membaca notasi balok karena
terbiasa menggunakan notasi angka ,padahal dengan mempelajari buku-buku teknik
perm</span>ai<span lang="id">nan Marimba/xylophone yang </span>umumnya <span lang="id">bernotasi balok dapat
meningkatkan permainan sampai ke tingkat ahli.<br />
Kendala membaca notasi balok sebetulnya dapat diatasi karena hanya masalah
kebiasaan saja ,karena sebetulnya notasi balok semudah notasi angka.<br />
Bagi yang berminat 'langsung bisa' </span>menulis dan
<span lang="id">membaca not balok
dan lancar ,silakan <b>klik link ini</b></span><b><span lang="id"> </span></b><b><a href="http://blog.kolintang.co.id/2015/09/menulis-notasi-balok-dengan-cepat.html">http://blog.kolintang.co.id/2015/09/menulis-notasi-balok-dengan-cepat.html</a>
</b><span lang="id">,dijamin selesai
membaca dan memahami artikel pendeknya langsung bisa </span>menulis notasi balok serta <span lang="id"> lancar </span>membaca <span lang="id">dalam hitungan hari. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Di jaman informasi mudah didapat
via internet, teknik permainan dapat dipelajari dari video lewat youtube dan
seiring dengan trend musik kolintang yang predikatnya </span> ganda yaitu<span lang="id"> alat musik tradisional </span>merangkap <span lang="id">alat musik populer (modern),diprediksikan akan
bermunculan musisi handal dan terkenal dengan instrument perkusi bernada.</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">Kursus kursus musik yang jeli melihat peluang ini, 'pasti' tidak lama
lagi akan mengajarkan kolintang dalam materi kursusnya.<br />
Sekarang juga sudah marak lomba lomba group kolintang di berbagai daerah ,dan
karena dunia sudah terhubung online nantinya akan meniru</span> luar negeri yaitu<span lang="id"> lomba solo performance marimba /xylophone/vibraphone tetapi </span>menggunakan<span lang="id"> alat musik kolintang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id">By: Markus Sugi <a href="http://www.kolintang.co.id/"><span style="color: blue; mso-bidi-font-family: Calibri;">http://www.kolintang.co.id</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="id"> <o:p></o:p></span></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6767109924756802125.post-18864200633451784382015-07-13T02:25:00.001-07:002015-07-13T02:25:44.700-07:00Melody Kolintang <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
Melody kolintang adalah alat musik
kolintang yang biasanya dipakai dalam group musik kolintang untuk memainkan lagu , bisa juga difungsikan untuk mengiringi (comping) atau fungsi lainnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Berdasarkan susunan nadanya melody kolintang ada 3 jenis yaitu :
Ina (melody standar) , Wangko (melody Alto bernada rendah) dan Taweng
(melody sopranino bernada tinggi).</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"></span></div>
<a name='more'></a>Penamaan tersebut ada kaitannya dengan
sejarah musik kolintang di Minahasa,dimana diyakini cikal bakal kolintang
berasal dari alat musik minahasa purba : Tetentengan - Tetengkoren (kentongan)
dengan susunan 3 nada (tritonis),sebelum adanya pengaruh kolintang gong yang bersusunan 5 nada
(pentatonis).Arti dari nama berbahasa daerah Minahasa tersebut :<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Ina artinya ibu , Wangko artinya besar dan
Taweng artinya bungsu(yang terkecil).</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Kolintang nada diatonis yang mula mula
dibuat oleh Nelwan Katuuk pada tahun 1939 adalah kolintang melody dengan jarak
nada (range/ambitus) 1,5 oktaf,yang diletakan diatas sebuah kotak resonator.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Sejalan
dengan perkembangan alat musik kolintang,jarak nada melody bertambah menjadi
3,5 oktaf yang tentunya akan sangat panjang kalau bilahannya dipasang berderet
pada satu kotak resonator,sehingga sekitar
tahun 1970 melody kolintang dibuat dengan bentuk satu kotak resonator
yang bersusun, dengan susunan bilahan menyerupai susunan tuts piano.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Model melody dengan satu kotak resonator bersusun
sangat populer dan bertahan sampai sekarang meskipun <b><i>ada kelemahannya</i></b> dimana
nada nada susunan atas (accidental tone seperti tuts hitamnya piano) kurang
nyaring bunyinya dibandingkan dengan nada nada pada kotak bawah.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Hal ini disebabkan karena kotak atas dan
kotak bawah dibuat menjadi satu kesatuan , demi tercapainya bentuk yang proporsional
maka harus mengorbankan bentuk kotak
resonansi susunan atas yang pada akhirnya berpengaruh pada kenyaringan
suaranya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Pemain kolintang tradisional biasanya cukup
memainkan lagu dengan nada dasar terbatas pada bilahan bilahan susunan bawah
sedangkan nada nada pada bilahan susunan atas hanya di pukul sewaktu waktu,yang
mana perbedaan kenyaringan suaranya cukup diatasi dengan memukul lebih keras
nada nada susunan bilahan atas.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Pada jaman sekarang permainan musik
berkembang dengan pesat yang ikut mempengaruhi perkembangan permainan musik
kolintang maka perbedaan nyaringnya
suara akan merepotkan pemain,misalnya pada saat kolintang menjadi salah satu
bagian instrument dari group musik Jazz.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Selain masalah perbedaan kenyaringan suara kami
mendapat masalah portabilitas dan pengangkutan.<br />
Kebetulan kolintang ikut serta dalam group orkes musik tradisional ( Indonesian
National Orchestra),dimana kami harus menghemat biaya pengangkutan baik via
darat maupun via udara untuk konser diluar kota atau diluar negeri.Supaya
menghemat biaya tentu kami harus packing menjadi lebih kecil,lebih ringan,atau
lebih fleksibel untuk dipecah pecah karena biaya pengangkutan dihitung dari
volume dan tonase ,khusus untuk angkutan udara diatur supaya tidak kena
tambahan biaya karena berat yang berlebih dari yang di ijnkan.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Eureka ..!!! akhirnya kedua masalah diatas ketemu
solusinya dengan dibuat melody menjadi 2 kotak resonansi yang dapat dipisah
gabungkan,kenyaringan suara pada bilahan kotak atas sama dengan kenyaringan
suara pada bilahan kotak bawah.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Bonus tambahannya lagi melody menjadi lebih
portable , gampang dibawa bawa , mau naik pesawat,naik mobil pribadi , naik
angkutan umum , naik sepeda motorpun oke.(untuk naik sepeda motor harus hati
hati), bahkan dibawa jalan kaki juga bisa,karena ada softcase yang beroda
sehingga bisa diseret. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Sejak tahun 2011 melody produksi Petrus
Kaseke menjadi <b><i>lebih portable</i></b> dan meningkat <b><i>kualitas suaranya</i></b>,yang secara
otomatis menaikkan tingkat kebutuhan (demand) akan melody kolintang,karena
group musik selain group musik kolintang,juga membeli melody kolintang.<br />
Bahkan sekolah luar negeri atau sekolah Internasional di Indonesia yang
berorientasi pengajaran musik luar negeri membeli kolintang untuk mengajarkan
memainkan Marimba dengan metode 4 pemukul (four mallets system),mengingat alat musik
Marimba harganya sangat mahal dibandingkan dengan kolintang. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Contoh group group musik yang membeli 'melody
kolintang secara satuan' antara lain group musik jazz sebagai pengganti
xylophone , group musik pop akustik ,group musik perkusi , group musik organ
tarantang,group musik tradisional Indonesia,group dangdut
tarling kentang(gitar suling kendang kolintang),Marching Band Indonesia,group keroncong
campur sari.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Kebetulan saya anggota group musik
keroncong campur sari,karena lagu lagu yang dibawakan kebanyakan dengan nada
nada yang sederhana,maka saya lebih suka hanya membawa satu kotak resonator
melody nada bawah ditambah beberapa bilah nada atas sebagai nada nada pengganti
kalau diperlukan.Dengan menenteng alat musik kolintang yang simple itu rasanya
kembali ke jaman Nelwan Katuuk waktu berkolaborasi dengan alat alat musik
lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">M.S.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj41zPDqZvtaFP8uPH6Y1sn0xAOz8pGR_OFoCF7N_M8CbGTXyQpJS3lbgjCFdDu44M-hlIlojnmqwAyLEIfSwszXCPB5_cA-Jxy7J1A1eflm9HKfjZIpqTid4AAmhqLDdxrgwGdCeK6bmX5/s1600/melody-kolintang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj41zPDqZvtaFP8uPH6Y1sn0xAOz8pGR_OFoCF7N_M8CbGTXyQpJS3lbgjCFdDu44M-hlIlojnmqwAyLEIfSwszXCPB5_cA-Jxy7J1A1eflm9HKfjZIpqTid4AAmhqLDdxrgwGdCeK6bmX5/s320/melody-kolintang.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0